Setelah menyimpan tas di ruanganku, segera aku bergegas ke ruangan Pak Brata. Pria itu terlihat sudah menunggu di kursi kebesarannya. Tok tok tok! Aku mengetuk pintu ruangan Pak Brata. Walau sebenarnya pintu sudah terbuka. Tapi kan tetep harus mengetuknya, Tante Yayu bilang, itu termasuk sopan santun. "Masuk!" ucap Pak Brata. Aku masuk dan duduk di sofa. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Pak Brata bangkit dari kursi goyangnya lalu pindah ke sofa dan duduk bersamaku. "Saya mau beri tahu kamu sebelum kamu mendengar dari yang lain." "Tentang apa, Pak?" Pak Brata diam sejenak, "Kamu udah tahu kalau kemarin saya jadi saksi kasus Arumi?" Aku mengangguk pelan. Agak ragu sih. Takut pria itu tersinggung. "Memangnya kenapa, Pak?" "Berhubung kamu sudah jadi orang saya, jadi kamu harus tah