Lagi-lagi karena gak tega, aku mengalah dan tidak meninggalkan pria ini. Ya aku memutuskan untuk membantunya sekali lagi. Sebenarnya bisa saja sih aku pergi. Toh, dia gak akan bisa mengejarku. Badannya sudah sangat lemah. Wajahnya pucat. Bibirnya agak membiru. Bahkan keringat dingin keluar dari dahinya. Tapi aku mikir lagi. Kalau aku tinggalin sendirian di sini, aku agak cemas juga. Kalau dia beneran mati gimana? Bukan gak mungkin aku ikut terseret. Walau pake masker saat memesan hotel, tapi sama polisi pasti ketahuan juga. Alhasil, aku memilih untuk tetap di sini. Ya merawat sekedarnya saja. "Pak, saya beli obat dulu ya?" ucapku lalu bangkit hendak keluar. Tapi urung karena tangan Pak Devan menahanku, "Jangan! Kamu jangan kemana-mana." "Lah, terus gimana caranya saya bisa ngobatin An