Aku bingung di sini. Sebenernya ke sini cuma mau bayar bekas perbaikan motor. Tapi malah terjebak dalam situasi menyebalkan seperti ini. Perlahan aku berusaha melepaskan tangan Pak Brata. "Diamlah, dia mulai terpancing!" bisik Pak Brata di telingaku. "Kamu mau bayar tagihan motor kamu kan?" tanya Pak Devan. Pria itu terlihat berwajah dingin. "Ya, benar, Pak. Berapa semuanya?" Hatiku ketar ketir sebenarnya. "Bisa kita bicara empat mata?" tanya Pak Devan lagi. "Tidak bisa. Dia sekretaris saya. Artinya, dia milik saya, Devan." Tiba-tiba.... Bugh! Bugh! "AA!!" Aku menjerit kaget. Pak Devan melayangkan bogemnya ke wajah Pak Brata. Pria itu oleng bahkan aku juga ikut terjatuh ke lantai. Orang-orang mulai berkerumun. Celaka, pasti jadi bahan gosip lagi! Pak Devan terlihat kembali maju.