Aku cengo, asli. Ini benar-benar di luar dugaan. "Pak, Anda gak bercanda kan?" Pak Devan menggeleng, "Saya gak bohong kok. Saya yang beli tanah ini begitu tahu kamu buka kafe di sini." "Apa?!" Ini terlalu mengejutkan! Sialnya lagi, aku malah curhat dan ngomel tentang si pembeli tanah ke pria di depanku. Bahkan aku berencana minta saran darinya. Bego gak sih? "Ya, saya yang beli tanah ini. Saya beli dengan harga tinggi karena pemiliknya sempat menolak untuk menjual. Katanya masih dikontrak oleh seseorang selama satu tahun ke depan." "Lalu apa maksudnya Anda malah memaksanya untuk beli tanah ini? Ah, jangan-jangan Anda juga sengaja membuat kafe saya ramai ya? Biar Anda bisa ambil alih usaha saya gitu?" Aku kesal. Kecewa dan marah padanya. Gak nyangka, ternyata dia orangnya. Baru saja

