Naik jangan ya? Jadinya hatiku berperang. Antara naik ke punggung pria ini atau menolaknya. Kalau naik, dia pasti makin besar kepala. Kalau tidak, aku yang pasti akan kerepotan. Mana tempatnya sepi lagi. Tanjakannya juga cukup curam. Meski bukan jalan setapak, tapi jalannya dipenuhi bebatuan besar. Gak ada aspal sama sekali. "Saya gak ge-er ya, Pak. Hanya terpaksa oleh keadaan." Aku mencari alasan lain agar bisa memanfaatkan punggung pria di depanku ini. Daripada gak ada lagi kendaraan kan? Pak Devan tidak menjawab lagi. Ia lalu berdiri dan mulai berjalan menggendongku. Lah kok gak naik ke atas sih? "Pak, kok gak ke atas? Kenapa malah turun lagi ke bawah?" tanyaku. "Kalau kamu ke atas, emang kamu bisa turun lagi? Mending kalau saya ikut kalian sampai selesai. Kalau tidak? Siapa yang a