Aku kira Pak Brata akan marah mendengar penolakan dariku. Tapi ternyata pria itu malah tertawa lepas. "Haha, kamu lucu." "Lucu apanya?" Lah, malah dibilang lucu. "Jawaban spontan kamu sama ekspresi wajah kamu barusan, haha." "Saya cuma jawab pertanyaan Anda kok." "Baiklah, Alea. Saya bercanda." Aku memutar bola mata dengan malas. "Ya sudah, saya antar pesanan dulu." "Hm, ya. Perlu bantuan?" "Tidak perlu. Sepertinya yang memesan sudah menunggu di depan." Pak Brata mengangguk. Ia hanya diam di dalam mobil. Aku sendiri turun dan menghampiri dua sosok pria berseragam sama yang sedang menunggu. "Pesanan atas nama Dzaky?" tanyaku. Salah satu pria mengangguk, "Benar. Dari kafe Brata?" "Ya, benar." Kedua pria itu tersenyum dan langsung mengikuti langkahku mengambil pesanan mereka. "L