Mataku melotot sempurna. Bagaimana ini?! "Anda siapa?" Si Eva malah nanya lagi. Dengan cepat aku memegang tangan Eva, "Maaf, Nyonya. Sebenernya kami fansnya Arumi. Berhubung idola kami sedang ngobrol, kami pergi lagi aja!" Tanpa menunggu jawaban dari mulut si Eyang Gambreng, buru-buru aku berbalik dan menarik tangan Eva. Aku berlari cepat meninggalkan tempat itu. Beberapa orang melihat kami dengan tatapan heran dan aneh mungkin. Akhirnya kami berhenti di belakang gedung klinik. Aku duduk selonjoran di bawah sambil mengatur nafas. Capek banget weh! Si Eva apalagi. Sampai terbatuk-batuk dia. "Heh, uhuk! Gila lo ya? Lari gak ngasih aba-aba, huh!" Eva meringis. Dia ikut duduk di bawah. Tak peduli baju kami kotor atau semacamnya. Rasa capek lebih menguasai daripada takut kotor. "Elo tah