Aku tersenyum kecut. Sadarlah, Alea! Apa yang kamu harapkan dari pria beristri seperti dia? Seberapa intens pun aku dengan Pak Devan, istri sah tetap yang jadi juaranya. Kaki rasanya lunglai. Lemes banget. Entah karena lapar, ataukah karena perubahan sikap Pak Devan yang tiba-tiba jadi asing begini. Makan apa ya? Pandanganku mengitari sepanjang pinggir jalan raya. Berharap ada makanan yang bisa menaikkan nafsu makan. Iya, biasanya kalau lagi kesal atau marah, pelampiasanku ke makanan. Tapi yang ini kok agak lain ya? Sakit hati, tapi malah rasa lapar yang tadi menyerang perutku seketika hilang. Berganti dengan rasa kecewa. Ah, sudahlah! Lebih baik aku pulang saja. Siapa tahu Eva dan Tante Yayu sudah pulang ke rumah kan? "Alea, gila lo, kemana aja?" Aku menoleh. "Raka?" sapaku. "Iya,