Posisi Nata sekarang ada di bawah, sedangkan Heru berada di atasnya. Satu tangan meremas bulatan besar seperti bola kasti ukuran standar berisi, kenyal, padat, sesuai pijatan pada kelima jarinya. Nata tidak dapat mengelak sentuhan pada bagian yang begitu agresif itu.
Heru menjamah leher mulus itu ada tanda bekas biruan di sana, Heru mengerti ada seseorang telah menodai tubuhnya. Walaupun mahasiswi ini sudah dimiliki oleh orang lain tetap gairahnya semakin semangat untuk melakukannya.
Nata merintih kesakitan bagian lehernya ketika Heru menggigit karena gemas.
Sudah memberi tanda baru di leher tertimpa bekas lama, kini dia turun menyelusuri tubuh yang licin dan mulus. Napas Nata tertahan oleh sentuhan amat geli itu.
Dia mengisap biji payung telah berdiri tegak, dimainkan dalam mulut pada lidahnya melilit sehingga tubuh Nata menggelinjang seperti ular terbakar suhu api yang membara itu.
Suara Nata tak dapat tertahan lagi, terlalu nikmat atau terlalu aneh pada bagian agresifnya. Lelaki itu semakin cepat memainkan biji payung sekali mengisap kayak permen gulali.
Mengerang kenikmatan tiada tara, sampai rambut dosen itu dijambak olehnya, tetap tidak akan berhenti sampai di sini sebelah kirinya takut cemburu pindah kembali mengemut, mengisap, menggigit pelan karena gemas. Nata mengeluarkan suara berteriak dan memanggilnya.
Nata menggelengkan kepalanya kiri – kanan, naik – bawah, menggelinjang ke atas tertahan hingga sesuatu yang basah bagian agresifnya. Heru sudah puas dengan dua gunung kembar itu, sekarang dia turun melingkar pusar perutnya di tengah. Membuat dirinya geli apa yang dilakukan oleh dosen itu.
Nata tertawa, seakan dosen itu mengajak ia bermain canda, Heru tidak menanggapi lanjutkan mencium dan mengisap setiap inci turun bagian agresif miliknya.
Spontan Nata menutup rapat bagian agresif itu. Heru mendongak lirik arah mahasiswi mulai melawan.
“Jangan itu, Pak!” sadar Nata memohon.
“Kenapa?” tanya Heru dingin.
“Karena yang boleh melakukan itu hanya suami masa depanku,” jawabnya memberanikan diri.
“Suami? Saya bisa memberi lebih daripada suamimu,” senyum Heru menarik paksa balutan menutupi agresifnya.
Nata terkejut, menahan dan tidak ia izinkan bersetubuh dengan dosen gila ini. Hanya untuk Abangnya, ia perbolehkan.
“Jangan, Pak! Please aku mohon...” Nata hampir menangis memohon kepada Dosennya.
Heru tidak mendengar mengelus agresifnya, ia hanya menggigit bibir bawahnya paling anti dua hal yaitu dua gunung kembar dan dunia agresifnya. Itu paling anti untuknya ketika seseorang mencoba menyentuh miliknya. Nata tidak akan bisa menolak, menjadi seorang perempuan paling dirugikan adalah hubungan tidak berasusila ini.
Jari tengah dari Heru telah masuk ke lubang milik Nata, Nata menutup mata mengerut alis dan keningnya berkali lipat tak tertahan oleh benda tajam menusuk bagian agresifnya.
Suara lenguhan kembali keluar. Heru mendapatkan wajah mahasiswi hadapannya, benar seksi dan manis, semangat gairahnya bangkit. Miliknya telah sesak dan berdenyut-denyut untuk minta dimainkan. Ini masih permulaan, pemanasan baru saja dimulai. Perlahan dikeluarkan jari tengah itu dari lubang. Lalu masukan lagi, digoyangkan sebentar, sedangkan jempol Heru menekan bagian atas butiran itu.
Seketika Nata melek kedua mata mendapatkan sensasi luar biasa di bagian sensitifnya.
Gemetaran dari bawahnya apalagi pangkal pahanya ikut bergetar berkali-kali sesuatu ingin lebih dahsyat itu menggejolaki. Heru mencabut jari tengah, ada cairan keluar, lalu dimasukkan kembali jarinya bukan satu tapi dua jari. Ditusuk sesuai dengan gerakkan tadi, Nata hanya bisa mendesah tidak berdaya raungan suara cukup dia seorang. Heru semakin semangat terus memainkan hingga terakhir teriakan dari Natasha telah mencapai puncak pertama kali.
Barulah Heru melepaskan celananya, terpampang jelas oleh Nata, benda yang panjang ukuran tidak jauh beda dengan milik Andre. Telah berdiri tegap ujung kepala mendekati tempat yang basah itu. Ditekan kuat, pegangan ujung sofa di mana Nata berbaring untuk menahan benda siap menerebos masuk ke miliknya.
Setengah jam sudah hubungan intim dilakukan oleh Heru. Napas mereka menggebu-gebu tidak normal, jantung mereka juga sama berdetak lebih cepat dari biasanya. Nata lemas, perutnya dipenuhi oleh cairan kental milik Heru, dia tidak tahu lagi bagaimana menghadapi abangnya ketika tahu dia telah dimainkan oleh dosennya sendiri.
uhh...” erang Heru masuk seperempat miliknya di lubang itu.
Setengah jam sudah hubungan intim dilakukan oleh Heru. Napas mereka menggebu-gebu tidak normal, jantung mereka juga sama berdetak lebih cepat dari biasanya. Nata lemas, perutnya di penuhi oleh s****a milik Heru, dia tidak tahu lagi bagaimana menghadapi abangnya ketika tahu dia telah di mainkan oleh dosennya sendiri.