05

1404 Kata
_____________________ Setidaknya aku manusia. Dan aku sama memiliki hati. Bisakah kau melihatku sebagai sesama manusia? Bukan sebagai gadis miskin. ____________________ "Gadis miskin yatim piatu sepertimu pantas di jadikan b***k. b***k s*x lebih pantas. Tapi tidak untuk menjadi jalang tetap. Posisimu sangat rendah dari seorang jalang" bisik Brandon di telinga Bianca. Tampak raut wajah ingin menangis, ingin marah dengan apa yang di ucapkan Brandon. Bianca menahan mati matian rasa sakitnya. Gadis itu tidak bisa berkata apa apa lagi selain mencengram erat bajunya. Wajah Brandon menjauh dari telinga Bianca, ditatapnya wajah bianca datar tanpa ekspresi. Brandon tahu gadis dihadapannya ingin menangis, didalam hati pria itu sudah bersorak senang sudah membuat gadis itu terluka. Brandon pastikan Bianca tidak akan berhenti memikirkan perkataannya, sama seperti dirinya yang dalam beberapa hari memikirkan gadis yang 2 kali merecoki kehidupan brandon. "Kak Bi, Aiden lapal jugak. Suap Aiden pake ini kakak bi" Lagi lagi Aiden datang di saat bianca membutuhkan seseorang untuk menariknya dari dalam keadaan yang tak bisa ia bayangkan. Bianca bersyukur akan hal itu. Tapi ada perasaan was was untuk membawa Aiden di sekeliling pria seperti Brandon. Betapa lucunya Aiden membawa semangkuk kecil daging di kedua tangannya. Bianca tersenyum, sesaat ia lupa akan rasa sakit yang brandon sebabkan. Bianca memangku tubuh mungil Aiden. "Maafin kak Bi ya Aiden. Kak bi lupa kalo Aiden lapar juga" "Iya kak Bi, macakin Aiden kaya om." "Iya sayang, tunggu ya kak Bi masakin dulu" Bianca memanggang daging yang Aiden bawa. Ia juga menyiapkan potongan daging yang sudah matang di atas piring Brandon. Untung saja Brandon tidak rewel dengan keberadaan Aiden dan pria itu sudah memakan dagingnya sendiri. "Aiden mamamnya di kunyah ya sayang. Mamam hati hati, gaboleh tergesa. Ngerti sayang?" Jelas Bianca memotong kecil kecil daging yang sudah matang dengan ukuran sangat kecil pada mangkuk kecil Aiden. Bianca juga sudah menyiapkan garpu plastik pria kecil itu. "Ngelti kak Bi. Aiden ke cana dulu ya kak Bi, bial nda ganggu kak Bi kelja. Bial Omnya bica di cuapin kak Bi" "Hati hati Aiden, awas jatoh itu mamamnya" Brandon dengan wajah dinginnya masih menyantap dagingnya. Tidak ada percakapan lagi, tidak ada kata menyakitkan. Brandon fokus pada makanannya, Bianca fokus pada daging yang ia masak. Tanpa Bianca sadari otak pintar Brandon sudah merencanakan sesuatu. Sesuatu yang menjadi bencana bagi Bianca. Tinggal menunggu tanggal main hingga Brandon menunjukkan taring tajamnya. _____ "Gimana Bi, kamu gak di apa apain? Kamu pucet banget" Mak cik mengkhawatirkan kondisi Bianca karyawan barunya. Wanita paruh baya itu membawa Bianca ke ruangan pribadinya, hanya ada Mak cik, Bianca, dan Aiden di dalam ruangan tersebut. Mak cik dan Bianca tengah duduk berdempetan di sofa sedangkan Aiden sedang bermain mobil mobilan di lantai. Pria cilik itu tengah asik sehingga tidak peka terhadap kondisi tegang antara mak cik dan Bianca. "Enggak papa kok mak cik, Bianca cuma takut aja sama tamu mak cik. Bianca punya pengalaman buruk bertemu dia." Jelas Bianca menjelaskan keadaannya meski tak sepenuhnya ia jelaskan. "Kamu kenal bi? Sama Brandon Calemous? Mafia itu? Kamu kok bisa punya pengalaman buruk?" "Jadi mak cik kenal sama pria mafia itu?" Keduanya sama sama terkejut. Banyak pertanyaan yang ada di otak Bianca. Bagaimana atasannya bisa kenal dengan pria berbahaya itu, seperti apa pria bernama brandon itu. Dan masih banyak lagi yang ingin Bianca tanyakan. "Iya bi mak cik kenal. Brandon Calemous, dia atasan suami mak cik yang bekerja di bawah kuasa Calemous. Selain menggeluti bisnis, dia juga menggeluti dunia gelap. Pistol selalu ada di sakunya bi. Siapa yang gak takut sama laki laki macam itu coba? Ganteng sih ganteng, tapi kalo nyeremin gitu siapa yang berani? Kamu kok bisa kenal bi? Cerita dong" "Bianca waktu itu hampir ketabrak sama mobil dia mak cik. Waktu itu bianca bantu bapak bapak tuna netra nyebrang, sebenernya dia yang bawa mobilnya ngebut. Dia marah marah, ya bianca emang sudah punya perasaan gaenak tentang dia. Jadi bianca minta maaf. Terus beberapa hari setelahnya waktu bianca pulang ke rusun, bianca liat dia sama anak buahnya gebukin anak pak RT. Besoknya meninggal mengenaskan, kepalanya bolong. Bianca udah mau di celakai, tapi untung aja ga jadi. Tadi  bianca kaget mak cik kenal dia. Dia suka banget marah, bianca gatahu salah apa sama dia, tapi bianca di marahi mak cik. Pergelangan tangan bianca masih nyeri" jelas Bianca menceritakan panjang lebar. "Kamu pasti ketakutan ya sayang? Maafin mak cik ya udah ninggalin kamu sendiri. Kalau mak cik melawan nanti malah satu restoran akan celaka. Apalagi dia bawa anak buahnya. Hanya dengan menuruti permintaannya kita semua bisa selamat. Kata suami mak cik, Brandon Calemous tidak bisa di bantah" "Iya Bianca paham kok mak cik." "Kamu janji kalau ada apa apa langsung ngomong sama mak cik ya sayang ya. Mak cik gatahu kenapa mak cik itu khawatir gini ke kamu. Apalagi kamu sendirian, mak cik takut" Bianca tersenyum hangat, ketakutannya akan brandon sedikit mereda. Setidaknya Bianca mempunyai atasan yang perduli padanya, atasan yang menjadi sandarannya. Rasa memiliki seseorang itupun ada, rasa memiliki keluarga tidak bisa bianca lupakan. Dipeluknya tubuh mak cik erat. Air mata bianca menetes, bukan karna sedih tapi karna bahagia. "Makasih mak cik, bianca seneng mak cik bisa buat sandaran Bianca. Terimakasih mak cik" "Aduh kok malah nangis bi? Iya mak cik juga terimakasih kamu mau jadi anak perempuan mak cik. Mak cik kan udah bilang dari dulu pengen anak perempuan." Bianca mengangguk, ia semakin erat memeluk tubuh atasannya. Aiden yang awalnya asik dengan mainan mobil mobilan kini menghampiri mak cik dan Bianca. Pria kecil itu memeluk tubuh keduanya erat. Wajahnya bersedih melihat tangis di wajah Bianca. "Kak bi jangan nangith, ada aiden, nanti kalo kak bi di apa apain aiden yang bakal meluk kak bi" ucap Aiden. Tangis Bianca semakin kencang. Ia serasa memiliki keluarga. Hal yang ia rindukan semenjak kedua orang tuanya meninggal. Bianca memeluk Aiden dan menciumi puncak kepala pria kecil itu. Bianca bersyukur. Sangat. _____ Setelah brandon makan siang sekali disana, pria itu berkali kali memesan restoran mak cik untuknya makan siang. Sudah seminggu dan Bianca merasa tersiksa dengan keberadaan pria mafia itu. Pria itu selalu menginginkan pelayanan darinya, bersikap layaknya boss dan memperlakukan Bianca sebagai b***k. Entah sampai kapan, setelah Bianca seminggu merasa tertekan ia menjadi pusing, lemas, bahkan demam. Seperti saat ini. "Apa kamu tidak merasa daging yang kamu masak ini tidak matang hah! Kamu tahu saya suka daging yang matang sempurna" Bentak Brandon. "Maaf pak" hanya itu yang bisa Bianca suarakan. Ia terlalu lelah dan kepalanya sangat pusing. "Sadar gadis bodoh! Apa perlu kamu saya sadarkan hah! Mau tangan kamu yang saya panggang diatas pemanggang?" Ancam Brandon. Pria itu sudah menjambak rambut Bianca hingga Bianca meringis kesakitan. Pertama kalinya, Brandon menyakiti fisik Bianca setelah pria itu menyakiti hatinya berkali kali. "S..sakit pak hiks. Sakit, saya pusing." Ringis Bianca dengan menangis, sejujurnya Bianca sangat kesakitan. Tadi pagi gadis itu berniat tidak masuk kerja. Tapi mengingat mak cik akan kerepotan, Bianca memaksakan diri. Bianca tidak ingin membuat mak cik bekerja sendirian mengurus kasir ditambah brandon selalu memesan restoran tersebut. Brandon merasakan hal serupa, ia menyentuh kening Bianca dan merasakan suhu tubuh gadis itu sangat panas. Bibir Bianca juga pucat pasi, wajah gadis itu tidak segar. Tapi hal itu tidak menyebabkan brandon merasa iba atau merasa kasihan. Brandon merasa gadis lemah itu adalah hal yang menyebalkan. "Kalau kamu sakit harusnya istirahat! Bukan malah kerja! Kalo virus kamu nular ke saya kamu bakal saya bunuh ngerti!" Bianca menganggukkan kepalanya. Gadis itu menahan mati matian sakit yang berpusat pada kepalanya. Ia pusing, dan jambakan brandon yang super sakit menambah pening kepalanya, rasanya kepala bianca akan pecah saat itu juga. Ingin sekali Bianca pingsan tapi ia tidak boleh terlihat lemah. "Sayang sekali kamu sakit hari ini. Seharusnya hari ini kamu menyerahkan harta kamu kepada saya. Sebagai ganti hukuman yang akan kamu terima gadis miskin" Brukk Bianca pingsan setelah mendengar kata kata brandon. Gadis malang itu sudah tidak bisa menahan rasa sakit di kepalanya. Di tambah ucapan brandon yang terakhir ia dengar membuatnya semakin bingung. Melihat Bianca pingsan membuat pria kejam itu berdecih, ia melempar jambakan tangannya hingga kepala Bianca terbentur lantai tanpa ada perasaan menyesal atau iba sedikitpun. Brandon berdiri dari duduknya. Pria itu memakai jas kerjanya dan melirik ke tubuh yang terkulai lemas tak berdaya di lantai. Wajah garangnya meremehkan tubuh kurus itu. Ingin sekali Brandon meludahi wajah Bianca, tapi Brandon memilih untuk membiarkannya. Ia tidak mau membuang tenaganya. "Dasar bodoh! Setidaknya jika kamu miskin, kamu tidak perlu bodoh Bianca! Setelah kamu sembuh, lihat saja apa yang akan saya lakukan." - To be continue -
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN