04

1550 Kata
_____________________ Dia marah, tapi aku benar benar tidak tahu apa yang membuatnya marah. Pria mafia itu bernama Brandon Calemous. _____________________ Hari ini mungkin menjadi hari tersibuk karna kata mak cik pada jam makan siang restoran china ini di pesan oleh orang penting. Pakaian kami harus rapi, dan kami harus melayani mereka dengan ramah. Memang seperti itu yang di ajarkan mak cik saat restoran dipesan. Orang penting atau tidak kita harus melayani dengan layanan maximal agar mereka puas telah percaya memesan restoran kami. Aku masih di dandani oleh Rara teman kerjaku. Biasanya aku hanya memakai lipstick, bedak, mascara dan eyeliner. Tapi hari ini Rara meminjamkan make upnya untuk membuatku cantik. Entahlah apa yang di oleskan Rara pada wajahku, tapi begitu banyak macam make up yang menghiasi wajahku. Kata Rara ada yang bernama Foundation, primer, eyeshadow, shades, contour, dan lain lain. Untung saja dari semua make up yang di ucapkan Rara aku mengerti salah satu. Eyeshadow. Norak bukan? Yah aku memang tidak bisa make up, karna selain tidak mengerti cara menggunakannya, harga make up mahal, lebih baik digunakan untuk menabung, membayar sewa rusun dan lain sebagainya. Punya bedak saja sudah syukur. Kata Rara saat ini aku adalah seorang kasir yang di lihat oleh pelanggan. Penampilanku harus menarik. Tapi mau menarik bagaimana jika memakai eyeshadow saja aku tidak bisa. Lebih baik memakai make up apa adanya. Yang penting tetap rapi. Kata mak cik juga tidak apa aku tidak memakai make up tebal. Mak cik memaklumi aku tidak bisa berdandan. "Nah selesai. Udah cantik kamu Bi" puji Rara. "Beneran? Makasih banyak ya Ra udah bantu make up in aku" "Iya sama sama Bianca. Toh ini make up natural. Udah gih siap siap. Bentar lagi tamu udah mau dateng" "Iya Ra. Sekali lagi makasih. Aku kedepan dulu ya" "Oke Bianca. Semangat!" "Kamu juga Ra" "Oh pastinya" Setelah saling melempar senyum, Aku memasuki tempat kasir dan duduk menunggu para tamu. Aku merasa sedikit gugup. Ini hari kedua bekerja dan aku tidak ingin membuat kesalahan. "Celamat ciang, aiden puyaaang" suara cempreng menggema di seluruh restoran. Seorang anak laki laki memakai seragam Paud dengan semangat memasuki restoran di susul dengan Mak Cik. Aku langsung menyambut keduanya. menyalami tangan mak cik kemudian menyapa anak kecil tersebut. Gemas sekali melihatnya, aku ingin mencubit pipi gembul itu. "Siapa namanya mak cik?" Tanya ku berjongkok melihat wajah imut cucu mak cik tersebut. "Aiden Bi, Aiden disapa itu kakak cantiknya" "Halo kaka, celamat ciang. Aiden lapal kak. Aiden mau mamam" Aku sontak tertawa girang melihat keimutan Aiden. Kupeluk tubuh mungil itu, menciuminya bertubi tubi membuat sang empu tertawa geli karna perlakuanku padanya. "Aiden mau makan apa?" Tanyaku. "Datahu. Uti aiden di kaci mamam apa?" Aiden malah balik bertanya kepada sang nenek. "Aduh kamu ini kok malah minta makan sama kak Bianca? Ayo sama uti ke dapur, sebentar lagi ada tamu di restoran ini" ujar mak cik menggendong Aiden menuju dapur. Aku tersenyum memperhatikan tingkah lucu Aiden hingga tak sadar seseorang berdiri di depan pintu di ikuti dengan beberapa pengawal mungkin? Entahlah, mereka semua berbaju hitam. Dan yang membuat mataku melebar adalah dia. Pria yang sudah 2 kali membuatku tidak tenang. Mafia itu, mafia yang membunuh anak pak RT. Langkahku mundur seketika melihatnya berjalan mendekat. Semakin mundur semakin mundur hingga punggungku terbentur tembok. Aku menunduk menghindari tatapannya yang sudah berada di hadapanku. Aku tidak tahu harus melakukan apa selain terpaku layaknya manekin. "S..selamat datang tuan, me..meja yang anda pesan sudah disiapkan. Ma..mari saya antar" ucapku gugup. Aku hendak mendorong d**a bidang pria itu agar menjauh tapi kedua tanganku di cengkram erat olehnya. Aku meringis merasakan sakit. Tanganku bergetar tanpa diberi komando. "Atas dasar apa kamu berani menyentuh saya?" Tanya pria itu tajam. Matanya menyiratkan kemarahan. Aku tidak tahu kenapa dia marah padaku. Aku berusaha menjauh darinya maka dari itu aku mendorong tubuhnya. Tapi dia marah. "Sakit pak" "Jawab aku. Aku memberimu pertanyaan" "Bapak terlalu dekat berdiri di depan saya. Saya.. saya.." "Kakak Bi, Aiden mau mamam. Uti cibuk macak antu antu di dapul" suara Aiden menyelamatkanku, aku dan pria mafia di depanku menoleh kearah pria kecil itu bersamaan. "Bapak lepasin saya, tangan saya sakit. Mari saya antar ke meja yang bapak pesan. Dan.. saya harus mengurus Aiden. Dia lapar" cicitku berusaha berbicara lembut pada pria kasar yang sudah mencengkram tanganku. Pria itu melepas cengkraman tangannya padaku dan berjalan menuju kearah Aiden. Buru buru aku menarik Aiden, menyembunyikannya di belakang tubuhku. Pria itu tersenyum sinis, tangannya terlipat di depan d**a memperhatikanku dari atas kebawah begitu berkali kali kemudian menatap tajam mataku. Entahlah, aku berfikir dia berbahaya jadi aku tidak mau Aiden celaka. "Kalian duduklah terlebih dahulu. Pesan makanan apapun kesukaan kalian. Aku akan menyusul sebentar lagi." Jelas pria itu membuat bapak bapak bertubuh besar memasuki restoran kami. Sedangkan aku, Aiden dan pria mafia di hadapanku masih stay berdiri di depan meja kasir. "Kenapa kau menyembunyikan anak itu?" Tanya pria mafia dengan sorot mata tidak suka. "Kak lapal Aiden" rengek Aiden menarik narik ujung bajuku. "Iya Aiden. Aiden duduk di kursi kakak dulu ya sayang. Ini kakak punya jelly candy. Aiden makan ini dulu. Nanti kakak buatin mamam buat Aiden" jelasku. Aku menggendong tubuh mungilnya dan mendudukkannya di kursi. Kemudian kuberi Jelly candy dari dalam tasku untuk ia makan. Aiden mulai tenang dan memakan jelly candy yang sudah kubuka. Tapi kemudian lenganku di tarik oleh pria mafia. Ia menarikku dan membawaku duduk di sebelahnya. Restoran cina mak cik memang di atur lesehan. Sehingga hanya ada bantal yang digunakan untuk duduk. Aku masih bingung harus melakukan apa di samping pria mafia ini. Dia marah entah karna apa, dan bahkan diam tanpa melakukan apa apa selain mencengkram lenganku hingga memerah. Bahkan pergelangan tanganku masih memar karna cengkramannya tadi. "Pak sakit, bisa anda lepaskan cengkraman tangan anda? Saya harus melayani anda. Apa anda tidak ingin memesan sesuatu?" Tanyaku. "Sudah berapa kali kamu mengabaikan saya hah? Kamu siapa? Kamu cuma gadis miskin yang tidak ada apa apanya dan gadis seperti kamu berani mengabaikan saya? Kami menganggap saya apa?!" Jujur saja aku terkejut sekaligus merasa sakit hati. Aku tahu aku miskin, dan aku tidak bermaksud mengabaikannya. Aiden lapar, jadi aku mengurus pria kecil itu dahulu. Aku tidak tega, dan sekarang pria mafia ini marah? Aku enggan untuk menjawab. Aku hanya menunduk pasrah saat tanganku di cengkram. Aku rasa akan membiru sebentar lagi. Mataku memanas, aku ingin menangis dan untung saja mak cik datang. "Ada apa pak Brandon? Apa karyawan saya melakukan kesalahan?" Tanya mak cik. Lenganku terasa sakit, aku tahu mak cik tahu hal itu. Dan Calemous? Apa nama mafia ini calemous? "Dia mengabaikan saya." Jelas pria mafia itu. "Tidak mak cik, Bianca bukan mengabaikan. Bianca.. bianca hanya mengurus Aiden terlebih dahulu." Ucapku melontarkan pembelaan. Mataku sudah berkaca kaca, aku tidak mau mak cik percaya pada pria jahat ini dan malah akan memecatku. "Maafkan karyawan saya kalau begitu pak. Apa yang bisa saya bantu?" Tanya mak cik. Kurasa mak cik khawatir melihat lenganku sudah membiru. "Siapkan daging untuk saya panggang. Dan biarkan gadis ini melayani saya" ucap pria calemous itu. "Baik pak. Saya permisi terlebih dahulu" ujar mak cik mengundurkan diri. Oh tuhan apa yang harus ku lakukan? Aku takut. "Dengar apa yang di katakan wanita paruh baya itu? Kamu harus melayani saya." "Baik pak." Ujarku lemah. Mendengar tidak ada penolakan dari bibirku, pria mafia ini melepaskan cengkraman tangannya. Dia membenarkan letak dasi yang menempel pada kemeja hitamnya. Aku menjadi kikuk, aku tidak tahu harus melakukan apa. Hingga mak cik datang membawa potongan daging, gunting, dan sayuran diatas nampan. Aku langsung membantu mak cik. Kuletakkan perlahan semua bahan yang ada didalam wadah. Kemudian mak cik menatapku, wanita cina itu hanya mengangguk. Aku rasa dia berkata tidak akan ada apa apa. Aku hanya membalasnya dengan senyuman dan anggukan. "Masak daging itu hingga matang" ucapnya memerintah. "B..baik pak" Ku buka penutup pemanggang yang ada, kemudian aku menghidupkan kompor dengan api sedang. Aku menyiapkan dagingnya dengan memotongnya beberapa bagian. Aku bingung harus memotongnya kecil atau sedang. Aku tidak tahu selera tuan mafia. (NB : Jadi pemanggangnya itu ada di tengah tengah meja. Jadi khusus gitu. Bukan berarti kompornya di atas meja, kompor sama pemanggangnya ada di dalem, di lubang kotak yang udah dibuat khusus. Ya gitu dah pokoknya :v) "Hmm pak, bapak suka ukuran daging kecil atau sedang. Saya akan memotongnya" ucapku. "Kecil" "B..baik" Kupotong menjadi ukuran kecil. Kemudian, melihat panggangan sudah sedikit berasap, aku membumbui daging daging tersebut dan memanggangnya diatas besi pemanggang. Menjaga agar daging di masak dengan baik. Aku tidak mau membuat pria mafia marah. Cukup sudah memar di kedua pergelangan dan lenganku. "Pak sudah matang" ucapku. "Suapi saya" "Iya?" Tanyaku, aku mengecek apa pendengaranku tidak salah. "Kamu tuli? Suapi saya!" suruhnya galak. "B..baik" Kuambil potongan daging menggunakan sumpit. Kemudian aku menyuapinya. Dia tersenyum sinis kearahku. Matanya menatap tajam mataku. Aku menjadi merinding sendiri. Perlahan dia mendekat kearahku, berbisik tepat di telingaku. "Gadis miskin yatim piatu sepertimu pantas di jadikan b***k. b***k s*x lebih pantas. Tapi tidak untuk menjadi jalang tetap. Posisimu sangat rendah dari seorang jalang" bisiknya. Serasa tertusuk beribu jarum di ulu hati berkali kali, hatiku bahkan seperti diremas. Entah kenapa sangat sakit mendengar ucapannya. Apa salahku? Kenapa dia marah? Bahkan dia terlihat membenciku. Apa dosa yang kubuat? Kenapa tega mengatakan hal menyakitkan seperti ini? Air mataku jatuh. Aku terpaku, tidak bisa melawan, diselimuti ketakutan. Siapapun bawa akau pergi dari sini. Hatiku sakit. Sungguh. - To be continue -
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN