BAB 22. Kesabaran Yang Sudah Sampai Batasnya

2554 Kata

Pagi akhirnya datang dengan mataku yang masih membengkak. Aku berencana untuk tidak masuk kuliah pagi ini dan terus mengurung diri di kamar sebagai bentuk protesku pada Daddy. “Wendy, kita sarapan dulu yuk!” Suara Mom sudah terdengar lebih dari tiga kali di luar kamar dan aku mendiamkannya. Aku mengunci pintu kamarku dan masih bergelung di bawah selimut. Tapi kemudian dari luar terdengar ada suara kunci di putar lalu selanjutnya pintu kamarku terbuka. Aku tidak bergeming dan masih diam di bawah selimutku. Tidak mau merespon mereka. “Bangun Wendy! Kamu harus makan!” itu suara Daddy. Aku masih diam saja sambil terus memejamkan mata. Kepalaku sakit karena kebanyakan menangis dan mataku juga terasa panas. Selain itu aku juga merasa sedikit demam dan tidak enak badan. “Mom masak telur ceplok

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN