Ketika aku pulang ke rumah, Daddy sudah menungguku dengan gelisah di ruang tamu. Ekspresinya langsung berubah lega saat melihatku masuk ke rumah. “Kamu dari mana saja? Kenapa nggak kasih kabar mau main sepulang kuliah?” tanyanya. “Maaf Dad, aku butuh waktu untuk menenangkan diri. Dan kalau aku ijin sama Dad juga nggak akan boleh kan?” balasku ambil cemberut. Tapi setelah itu aku mendekatinya pelan-pelan dan ketika jarak kami semakin dekat, aku langsung menubruknya dan menangis. “Aku minta maaf Dad, aku minta maaf.” Isakku keras. Daddy memelukku dan terdengar terkekeh melihat sikap kekanakanku yang biasa telah kembali. “Akhirnya putri Daddy yang baik hati dan pemaaf kembali lagi.” Balasnya. Aku terus memeluknya sambil menangis sampai puas. Dengan lembut Daddy berusaha membuat aku tenang.