Baru saja Soni pergi, ada sebuah tangan yang membekap mulut Clara, hingga membuat Clara terkejut. Yang semakin membuat Clara terkejut, orang yang membekap mulutnya langsung menyeretnya menjauh dari posisinya.
Degh
"Ke-kenapa ada disini?" tanya Clara terbata saat melihat ternyata orang yang membekap mulutnya itu adalah Satria.
"Nakal sekali ya pacarku. Datang ke tempat mewah ini hanya untuk menemui seorang pria. Apa kamu lupa kalau kamu sudah punya aku." Ujar Satria dengan nada santainya, namun tidak bagi Clara. Clara tidak bisa bersikap santai karena Clara takut pria yang akan bertemu dengan dirinya tahu kalau dirinya memiliki pria lain. Kakek Bastian sempat berpesan, kalau Clara harus mengaku sebagai wanita lajang, begitupun dengan Soni, Kakek Bastian juga berpesan pada Soni, agar Soni tidak menganggap Clara sebagai istrinya, yang langsung diterima dengan senang hati oleh Soni, karena Soni memang tidak pernah menganggap Clara sebagai istrinya.
Satria yang melihat Clara terbengong langsung melumat bibir Clara penuh hasrat. Clara berusaha mendorong d**a Satria untuk menolak apa yang ingin Satria lakukan pada Clara.
"Kenapa kamu ada disini? Pulanglah. Jangan cari masalah. Aku ada kepentingan disini. Pulanglah. Aku janji, setelah urusan disini selesai, aku langsung menyusul mu." Ujar Clara dengan penuh penekanan dan juga penuh ketegasan, namun hanya disambut dengan tawa renyah oleh Satria.
"Kenapa kamu begitu sangat ketakutan? Kamu takut suamimu tahu kalau ada aku disini? Bukankah kamu bilang, kamu sudah memberitahu suamimu kalau kamu sudah punya pacar? Lalu kenapa harus takut?" tanya Satria yang kembali ingin melumat bibir Clara, karena Satria sudah sangat rindu lama tidak menyentuh Clara.
Clara kembali menahan d**a Satria untuk menolak apa yang ingin Satria lakukan pada dirinya.
"Satria, ini acara penting. Aku takut suamiku mencariku." Ujar Clara seraya menahan d**a Satria agar Satria tidak bisa mencium dirinya dengan leluasa, karena Clara takut akan ada orang lain yang melihat apa yang dilakukan dirinya dengan Satria.
"Kenapa, Hem? Aku rindu." Ujar Satria yang langsung mencium leher Clara, membuat Clara memejamkan matanya karena Satria benar-benar tidak bisa dikendalikan.
Namun meski begitu, bukan berarti Clara hanya diam saja dengan penuh kepasrahan. Clara berusaha untuk melepaskan diri dari Satria, karena Clara tidak ingin Satria benar-benar tidak bisa mengendalikan dirinya. Bagaimana Satria, kalau Satria sudah tidak bisa mengendalikan dirinya, Satria tidak akan melihat di mana tempatnya saat ini, yang terpenting apa yang diinginkan oleh Satria terpenuhi.
Clara sudah tahu, bahkan sangat tahu bagaimana Satria kalau sudah dipenuhi oleh hasrat yang tinggi. Satria tidak akan peduli walau disekitarnya ada banyak orang, Satria pasti akan melakukannya tanpa malu. Makanya Clara berusaha untuk mengendalikan diri Satria, karena Clara tidak ingin mengecewakan kakek Bastian akan kegagalan dirinya dalam bertemu dengan tuan muda seperti kapan lalu. Clara tidak ingin mengecewakan kakek Bastian hanya karena masalah pribadinya.
Clara mulai merasa panik saat Satria mulai menyesap lehernya.
Satria kembali beralih melumat bibir Clara dengan begitu liarnya, hingga membuat Satria langsung mengaduh kesakitan saat Clara menggigit bibir Satria.
"Aww! Clara…
Satria langsung menyentuh bibirnya yang terasa asin, mungkin itu karena bibirnya berdarah. Satria yakin bibirnya berdarah karena Satria merasa Clara begitu kuat menggigitnya.
Satria langsung membalikkan badannya, namun pandangan Satria tetap pada Clara, membuat Clara tersadar akan apa yang baru saja ia lakukan terhadap Satria.
"Sat, maaf. Aku…
"Siapa pria itu?" tanya Soni cepat saat ia berhasil menemukan Clara yang sejak tadi ia cari.
Clara pun membalas tatapan Soni, dan langsung menggelengkan kepalanya cepat.
"Aku tidak tahu!" ujar Clara cepat.
"Kenapa kamu kelihatan takut?" tanya Soni yang membuat Clara Langsung merubah ekspresi nya jadi lebih tenang saat sadar kalau Soni menyadari apa yang didengar rasakan.
"Tidak. Oh, iya. Aku dengar, tuan muda sudah datang. Ayo kita segera kesana." Ajak Clara yang langsung dibalas anggukan kepala oleh Soni.
"Ayo, sepertinya tuan muda memang sudah sampai." Ajak Soni seraya yang langsung dipatuhi oleh Clara.
Clara dan Soni pun langsung membawa langkahnya untuk menuju ke sebuah ruangan yang sudah disediakan.
"Silahkan, Tuan. Nyonya." Ujar bodyguard yang ada di dalam ruangan menemani sang Tuan muda.
Clara duduk di samping Soni dengan tenang. Entah kenapa, saat tadi bertemu dengan Satria, Clara benar-benar merasa sudah tamat riwayatnya, karena Clara merasa ia akan gagal lagi menemui sang Tuan muda. Tapi sekarang, Clara sudah bisa merasa tenang dan bernafas lega karena sudah lepas dari Satria.
"Dimana Kakek Bastian? Saya membuat temu janji dengannya?" tanya seorang pria yang baru saja berdiri di depan Clara dan juga Soni.
Degh
Clara terkejut saat mendengar suara yang sangat tidak asing di telinganya.
Clara dengan pelan mendongak, dan dengan refleksnya Clara langsung berdiri saat melihat Satria dengan tatapan dinginnya tengah menatap dirinya. Clara kembali menajamkan pendengarannya saat melihat tampang Satria sangat tajam. Kacamata serta bibir yang tidak ada hiasan senyuman seperti biasanya, membuat Clara tidak percaya kalau pria yang ada di depannya itu adalah, Satria.
"Tidak bisa. Ini juga tidak mungkin. Tidak mungkin Satria adalah tuan muda Britama." Gumam Clara dalam hati seraya menggelengkan kepalanya cepat.
Soni yang mendengar pertanyaan dari sang Tuan muda langsung menjawabnya.
"Kakek sedang tidak enak badan. Saya yang menggantikan beliau. Dan perkenalkan. Dia…
"Aku tidak memintamu untuk membuka suara." Ujar Tuan muda Britama dengan nada dinginnya memotong ucapan Soni, membuat Soni dengan rasa malunya Langsa menutup mulutnya rapat-rapat.
"Kakek mu bilang akan memperkenalkan aku dengan seorang wanita. Apa itu kau?" tanya Tuan muda seraya mendorong dagu Clara ke atas hingga wajah Clara sedikit mendongak.
Dengan wajah yang terlihat gemetaran Clara Langsung menganggukkan kepalanya.
"Baiklah. Sekarang kau keluar dari ruangan ini. Aku hanya butuh orang yang akan dikenalkan denganku. Tidak butuh pengawal." Titah Tuan Britama dengan penuh ketegasan.
Soni langsung berdiri, lalu membisikkan sesuatu di telinga Clara sebelum Soni pergi.
"Ingat, jangan membuat Kakek kecewa. Pulang dengan membawa kabar membahagiakan." Bisik Soni tepat di telinga Clara, lalu pergi.
Setelah Tuan Britama melihat Soni sudah keluar, Tuan Britama mulai mendekati Clara, dan berdiri di belakang Clara.
"Kamu salah memilih lawan, Sayang." Bisik Tuan Britama dari belakang Clara, membuat jantung Clara hampir saja berhenti berdetak saat mendengar kata sayang dari Tuan Britama.
"Satria…
Lirih Clara dengan begitu sangat pelan, namun sangat terdengar jelas ditelinga Tuan Britama.
"Kenapa? Terkejut?" tanya Tuan Britama dengan senyum sinisnya.
Clara langsung berdiri dan membalikkan badannya hingga saling berhadapan dengan Tuan Britama.
"Satria, jadi kamu Tuan muda Britama?" tanya Clara dengan nada terbata.
"Menurutmu?" Tuan muda Britama balik tanya, membuat Clara Langsung memejamkan matanya kuat.
"Hehehe. Maaf, Tuan muda. Kalau aku tahu Satria itu adalah anda, saya mana berani mengajukan kerjasama dengan Anda. Saya tidak berani bermain-main dengan anda. Saya Janji, setelah ini, saya akan menghapus kontrak kerjasama kita, dan…
"Terlambat! Tidak ada kata pembatalan." Ujar Satria yang membuat Clara Langsung meneguk ludahnya sendiri dengan susah payah. Yah, Tuan muda yang di maksud oleh Kakek Bastian itu adalah Satria, Satria Britama.
Clara tidak percaya kalau pada akhirnya akan berurusan dengan Tuan muda yang begitu sangat menakutkan.
"Keluarga Soni menjadikanmu sebagai umpan untuk menyelamatkan perusahaannya, tapi kamu dengan sukarela tanpa ada rasa sakit hati mau membantunya. Apa menurutmu hanya keluarga Soni yang paling kaya di dunia ini?" tanya Satria dengan nada pelannya , namun terdengar sangat menakutkan di telinga Clara.
Clara yang tidak ingin mengecewakan Kakek Bastian langsung mengesampingkan urusan pribadinya, dan akan meminta bantuan pada Satria, agar Satria mau menyelamatkan perusahaan keluarga Soni.
Hehehe. Aku tahu, tampanku pria yang sangat profesional. Tampanku tidak pernah mencampurkan urusan pekerjaan dengan urusan pribadi. Mari kita bicarakan masalah pekerjaan." Ujar Clara seraya mengelus d**a Satria, namun Satria langsung menahan tangan Clara.
"Bisa saja. Asal…"
Satria sengaja menggantungkan kalimatnya, membuat Clara merasa penasaran.
"Asal apa?" tanya Clara seraya mengelap keringat dinginnya yang mulai membasahi seluruh wajahnya.
Satria yang melihat Clara begitu sangat tidak sabar menunggu kelanjutan dari kalimatnya langsung mendekatkan wajahnya pada wajah Clara, dan Clara dengan refleknya memejamkan matanya saat merasakan bibir kenyal milik Satria mulai menyentuh daun telinganya.
Satria menyentuh salah satu gunung kembar Clara, serta bibir yang sudah menikmati leher Clara, membuat Clara mulai merasakan hawa panas di sekujur tubuhnya.
Satria membalikkan posisinya lalu mendorong tubuh Clara hingga tubuh Clara terbaring di sofa, dengan posisi tubuh Satria berada di atas tubuh Clara.
Satria dengan pelan membuka resleting dress Clara dari belakang, untuk melakukan apa yang ingin Satria lakukan.