bab 155

1324 Kata

"Jadi, dia pergi?" Tanya Lista dengan nada sedih. Damar mengangguk samar. "Iya." Jawabnya pelan. "Seminggu yang lalu," lanjutnya. Meskipun tersenyum, Damar tidak bisa menyembunyikan ekspresi sedihnya. "Gak berusaha nyari?" Tanya Dariel. Meskipun ia lebih tertarik pada cemilan di tangannya, tapi ia masih punya rasa simpati untuk kakaknya yang tengah patah hati untuk yang ketiga kalinya. Ya, Damar memang jauh lebih beruntung dalam hal lain, tapi tidak dengan urusan asmara. Dariel menyebutnya si paling sial. "Tentu saja udah. Gak mungkin gak nyari, iya kan?" Lista menatap tajam ke arah Dariel, kemudian beralih menatap lembut ke arah Damar. Lelaki yang tengah patah hati tentunya harus disikapi dengan lembut. Hatinya sudah terluka, jangan sampai makin tersinggung dengan ucapannya.

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN