"Adit, tunggu Mamah!" Wiwin menghadang langkah Adit yang hendak keluar dari rumah selepas pulang kerja. Sudah menjadi rutinitasnya selama tujuh hari ini, pergi setelah pulang kerja dan pulang larut malam. Wiwin tidak tau apa yang dilakukan anaknya itu, karena Adit semakin hari semakin sulit saja diajak bicara. "Kamu mau kemana? Kenapa pergi gak izij Mamah." Langkah Adit terhenti, kali ini ia tidak bisa lolos begitu saja dari pengawasan sang Mamah. "Adit mau ke rumah Lina." Jawab Adit jujur. "Kamu masih berhubungan dengan janda itu?" "Mah, jangan panggil Lina seperti itu. Dia punya nama dan Mamah gak berhak menghakimi Lina dengan menghina statusnya." "Siapa yang menghina? Mamah bukan menghina, tapi fakta." "Memang fakta, tapi tidak ada satupun di dunia ini wanita yang ingin menja