Selena masuk ke dalam kamar hotel, matanya bertemu dengan Maya yang menyeringai pada dirinya. Dia menatap wanita itu dengan tatapan datarnya, tidak mau melihat wanita itu. Selena melihat ibu mertuanya yang memeluk wanita itu dengan manja dan penuh kasih sayang. Dalam hatinya ada rasa iri melihat kedekatan kedua wanita itu. Tangannya terkepal, dia juga ingin dipeluk seperti itu oleh ibu mertuanya.
“Mama tadi membelikan kamu makanan. Mama tahu kalau kamu itu belum makan. Jangan lelah-lelah sayang. Lagian yang harusnya lelah itu si Selena. Dia ini harus membalaskan budinya pada Calvin, sudah memberikan hidup yang mewah untuk dia dan keluarganya.” Ucap Sarah, hal itu mampu membuat Selena ingin tertawa kencang mendengar apa yang dikatakan oleh ibu mertuanya.
“Ma, aku sedantg hamil. Kata dokter aku tidak boleh kelelahan,” ucap Selena lembut mengatakan itu pada ibu mertuanya. Berharap wanita itu akan mendengarkan apa yang dikatakan oleh dirinya.
Sarah berdecak. “Apa urusannya. Saya tidak peduli kamu mau hamil. Keguguran atau segala macamnya. Yang terpenting kamu membantu pernikahan Maya dan Calvin. Saya tidak mau Maya kelelahan hanya karena mengurus pernikahan ini.” Ucap Sarah.
Selena mendengar apa yang dikatakan oleh ibu mertuanya tertawa kecil. “Mama tidak sayang dengan cucu Mama ini. Dia ingin disayang juga oleh neneknya, dia mau diperhatikan oleh neneknya. Mama harusnya lebih memerhatikan Selena yang sedang hamil. Bukannya Maya. Dia kalau memang mau menikah dengan Mas Calvin, dia bisa menyiapkan semuanya sendirian,” ucap Selena membantah apa yang dikatakan oleh ibu mertuanya.
Sarah menarik rambut Selena membuat Selena meringis ketika merasakan rambutnya yang ditarik oleh Sarah. “Aw! Sakit Ma!” Selena berusaha melepaskan tangan ibu mertuanya dari rambutnya. Ini sungguh sakit sekali, dia mau menangis merasakan bagaimana kasarnya ibu mertuanya ini menarik rambutnya.
“Sakit? Kau jangan bicara seolah kamu harus duduk di rumah menjadi Nyonya di rumah. Cuih! Kamu pantasnya menjadi pembantu Calvin bukan malah menjadi istrinya Calvin.” Ucap Sarah meludah di wajah Selena.
Selena mengusap wajahnya yang diludahi oleh ibu mertuanya. Hatinya sungguh sangat sakit sekali dihina seperti ini oleh Sarah. “Ma, lepaskan dulu. Sakit. Kepala Selena sakit.” Ucap Selena minta dilepaskan, dia merasakan sakit kepala karena apa yang dilakukan oleh ibu mertuanya ini.
Sarah bukannya melepaskan dia semakin kasar menarik rambut Selena, membuat Selena merasa pusing dan sudah mau menangis karena tarikan yang sangat kasar sekali pada rambutnya, dia memukul pelan tangan ibu mertuanya.
“Apa yang Mama lakukan pada dia?”
Mata Selena menatap pada Calvin yang baru datang. Selena tersenyum pada pria itu, berharap Calvin akan membantu dirinya. Kepala Selena terhempas dengan kasar Sarah melepaskan tarikannya, lalu wanita paruh baya itu mendengkus dan membersihkan tangannya. Seolah setelah menyentuh Selena adalah sebuah kotoran.
“Kau kenapa terlambat datang? Ini Maya dia sudah lelah nunggu di sini loh. Mama nggak tega lihat Maya sendirian di sini,” ucap Sarah mengusap rambut Maya lembut. Berbanding terbalik dengan apa yang dilakukan oleh dirinya pada Selena tadi. Dia menarik rambut kasar tanpa adanya belas kasihan.
“Tadi Calvin ada rapat sebentar Ma. Maya, gimana? Kamu suka nggak sama dekorasinya. Kalau nggak suka. Kita bisa tukar sayang,” ucap Calvin lembut akan duduk di samping Maya. Namun dengan cepat Selena menarik tangan suaminya. Tidak membolehkan Calvin untuk duduk di samping Maya.
“Apaan sih kamu? Kenapa kamu narik tanganku?” tanya Calvin menatap tajam pada Selena.
Selena mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya langsung menggeleng. “Mas, kamu duduk di samping aku. Kamu nggak boleh duduk di samping Maya. Kamu dan dia itu belum nikah Mas. Kenapa kamu nggak mau dengarkan apa yang aku bilang?” tanya Selena, menatap pada Calvin yang masih saja duduk di samping Maya.
“Dengar apa? Nggak usah berisik. Mulut kamu ini bau. Nggak usah banyak bicara.” Ucap Calvin kasar.
Maya mendengar apa yang dikatakan oleh Calvin tertawa kecil. Menertawakan Selena yang tampak sangat sakit hati mendengar apa yang dikatakan oleh Calvin pada dirinya. Selena melihat bagaimana Calvin yang mencium mesra pipi Maya di depan matanya sendiri.
“Aduh! Calon pengantinnya mesra banget ya. Oh ya, ini siapa?” tanya seorang wanita yang baru datang dengan tablet di tangannya. Menunjuk pada Selena.
“Oh dia? Dia itu asisten Maya nanti. Dia akan membantu pernikahan ini juga nanti. Juga menjaga Maya di rumah nanti. Agar Maya baik-baik saja, tidak ada sesuatu hal yang buruk pada Maya.” Jawab Calvin dengan senyuman manisnya.
Wanita yang bertanya tadi mendengar apa yang dikatakan oleh Calvin tertawa kecil. “Emang cinta sekali Calvin sama Maya ya. Dia ini memang pantas untuk dicintai, lihat saja. Maya ini cantiknya luar biasa sekali, siapa yang tidak jatuh hati padanya?” tanya wanita itu tertawa kecil setelah mengatakan hal itu.
Calvin mendengar apa yang dikatakan oleh wanita itu tentang Maya membuat dia tertawa kecil. “Makanya saya menikahi dia. Siapa yang bisa menolak pesonanya Maya?” tanya Calvin dengan candaannya.
Selena mendengar apa yang dikatakan oleh Calvin. Tangannya terkepal. Asisten Maya dan orang yang akan menjaga Maya? Hahaha, dia diakui sebagai pembantu begitu bukan seorang istri? Kejam sekali Calvin ini.
Padahal Selena itu adalah istrinya yang hamil anaknya sekarang. Dia dengan entengnya mengatakan kalau Selena adalah asisten bukan istrinya. Apa salahnya di masa lampau. Apakah dirinya dulu adalah penjahat yang tidak pantas untuk dicintai? Sehingga sekarang dia merasakan sakit akibat perselingkuhan dari suaminya.
“Nah, ini gimana? Setuju kalau semuanya warna ungu? Ini indah loh. Saya saja suka. Tapi tergantung sama Maya sekarang. Kan katanya asalkan Maya bahagia. Maka Calvin akan bahagia,” ucap wanita itu tertawa kecil memperlihatkan semua yang menurut dia sangat bagus sekali.
Maya dan Calvin menatap pada tablet yang ada di tangan wanita yang mengurus pernikahan mereka. “Bagus sayang. Aku suka dengan yang ini. Gimana?” Maya menatap pada Calvin.
“Kalau kamu suka. Maka aku juga suka sayang. Aku itu pentingnya semua sama kamu. Kalau kamu suka berarti aku juga suka. Pendapat kamu itu yang terpenting bagi aku sayang,” ucap Calvin mengusap rambut Maya lembut.
Selena yang mendengarnya dan sekilas menatap pada tablet wanita yang tidak diketahui namanya oleh Selena. Semakin sesak dadanya. Tema pernikahan itu adalah tema pernikahan yang sangat diinginkan oleh dirinya dahulu. Namun orang tua Calvin tak setuju dengan Calvin mengadakan pesta besar pernikahannya dengan Selena. Jadilah. Hanya pernikahan sederhana. Yang dihadiri oleh orang terdekat tidak ada yang namanya pesta yang dirasakan oleh Maya sekarang.
Sungguh berbeda sekali antara dirinya dan Maya. Dia mau tertawa kencang dengan apa yang dilakukan oleh Calvin yang begitu mencintai Maya dan ingin semua yang ada di dalam pernikahannya dengan Maya sempurna.
“Nah, ini udah bagus. Kamu enggak perlu ubah lagi sayang. Semuanya sudah luar biasa,” ucap Sarah.
Maya mengangguk. “Terima kasih Ma. Maya senang dengan temanya, nanti Maya bakalan bilang sama Mama dan Papa Maya, kalau tema pernikahannya sangat bagus sekali. Pasti nanti mereka mau Mas Calvin datang ke rumah nanti. Kamu datang ke rumah nanti ya Mas,” ucap Maya, membawa Calvin ke rumah orang tuanya.
Calvin mendengar itu mengangguk. “Iya, sayang. Aku akan datang ke rumah orang tua kamu nanti. Kamu enggak perlu khawatir kayak gitu,” ucap Calvin tertawa kecil.
Maya mendengar apa yang dikatakan oleh Calvin tertawa kecil. “Mana tahu kamu enggak mau pergi. Malah kamu mau sama dengan orang yang hanya bisa menjadi jalang.” Ucap Maya menatap sinis pada Selena yang sedari tadi hanya diam saja.
Maya tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh dirinya. Memang benar bukan? Kalau Selena itu jalang. Cih! Dia itu akan terbuang sepenuhnya di dalam rumah Calvin nanti. Lihat saja, dia akan merebut semuanya dan tidak akan menyisakan untuk Selena. Hanya dia yang pantas untuk mendapatkan cintanya Calvin.
“Enggaklah sayang. Kamu itu lebih penting dari apapun. Udah. Kamu nggak perlu takut kalau aku nggak pergi sama kamu ke rumah orang tua kamu nanti,” ucap Calvin mengusap rambut Maya lembut.
“Ini udah ya. Oh ya, kalau kamu mau bantu. Nanti kamu bisa cek beberapa yang kurang ya. Setelahnya hubungi saya,” ucap wanita itu pada Selena. Dia memang menduga Selena ini membantu pernikahan Calvin dan Maya.
Selena hanya diam saja tidak mengatakan apapun. Untuk apa dia bicara, kalau hatinya terasa sangat sakit sekali mendengar apa yang dibicarakan oleh suaminya dengan Maya di depan matanya sendiri. Dan dia yang hanya diakui sebagai pembantu saja. Sungguh lucu sekali.
“Hei! Kamu bisa pulang setelah kamu periksa pekerjaan di gedung hotel ini. Sampai rumah kamu masak untuk diri kamu sendiri saja. Enggak usah masak banyak habisin bahan masakan saja. Buat uangku terbuang saja. Nggak guna kamu sebenarnya jadi istri!” ucap Calvin berdiri dari tempat duduknya.
Selena yang melihat Calvin berdiri dan akan berjalan pergi dari tempatnya. Langsung mengejar Calvin. “Mas, kamu mau kemana?” tanya Selena lembut.
“Lepas! Kamu tuli. Saya sudah bilang mau ke rumah Maya! Sudah. Tidak usah halangi saya. Merepotkan saja.” Ucap Calvin kasar dan setelahnya dia pergi dari hadapan Selena dengan memeluk mesra Maya.
Selena yang ditinggal meneteskan air matanya. Pernikahan sialan! Hanya karena Maya semuanya menjadi hancur seperti sekarang. Selena tidak dicintai oleh suaminya lagi. Lebih memilih wanita itu.