Selena terbangun dari tidurnya. Tubuhnya dan hatinya sangat lelah. Dua hari yang lalu pesta pernikahan suaminya dengan wanita lain. Suaminya tidak pulang ke rumah. Jangan tanya kemana. Sudah jelas dia bersama dengan wanita sialan itu, yang sudah dengan beraninya merebut Calvin darinya. Segala sesuatu tentang Maya sangat penting oleh Calvin sekarang, beda dengan Selena. Tidak pernah Calvin menyempatkan waktu untuk bertanya saja tentang:
Selena, anak aku gimana kabarnya?
Selena, kamu sudah minum susunya?
Selena, kamu mau apa?
Selena, kita kapan ke dokter periksa kehamilan kamu?
Tidak ada yang ditanyakan oleh suaminya. Dia tidak perlu Govinno memedulikan dirinya, hanya perlu pria itu memedulikan tentang anak di dalam kandungan ini. Dia hanya butuh Govinno untuk bertanya tentang anak dalam kandungannya, yang sangat butuh perhatian dari Govinno.
“Kau pemalas sekali. Ini sudah jam sembilan pagi. Kau masih di dalam kamar dan baru bangun?”
Selena terlonjak kaget mendengar pertanyaan Govinno, matanya menatap pada suaminya yang mendengkus menatap pada Selena. “Keluar! Ada yang mau aku bicarakan!” ucap Govinno, menyuruh Selena untuk keluar.
Selena mengangguk, turun dari atas ranjang dan berjalan menuju kamar mand. Membasuh wajahnya, setelah itu Selena keluar dari dalam kamar. Mata Selena menatap pada Maya yang duduk dengan santai di ruang tengah. Meminum coklat hangat yang dibuatkan oleh Bibik.
“Kenapa dia ada di sini Mas?” tanya Selena menatap tajam pada Maya, untuk apa wanita itu ada di sini. Dan menatapnya dengan senyuman sinis dari wanita itu.
Calvin mendengar pertanyaan dari Selena tertawa kecil. “Rumah ini akan diberikan untuk Maya. Kau mulai sekarang menumpang di rumah ini.” Ucap Calvin hal itu sontak membuat Selena terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh suaminya. Dia tidak salah mendengar?
Bukankah rumah ini dulu katanya akan diberikan untuk Selena? Kenapa sekarang malah diberikan pada Maya. Lucu sekali. Ini tidak benar bukan? Dia tidak mau rumah ini menjadi miliknya Maya.
“Mas, kamu bilang apa? Rumah ini akan jadi milik Maya dan aku bakalan menumpang di rumah ini? Mas! Kamu bisa belikan Maya rumah lebih mewah dari rumah ini. Tapi ingat janji kamu dulu, saat kita pindah ke rumah ini. Katanya rumah ini bakalan jadi milik aku. Sebagai istri kamu.” Ucap Selena, tidak mau rumah yang menjadi miliknya akan menjadi milik Maya juga.
“Janji? Kapan aku bilang kayak gitu. Udah. Kamu enggak usah banyak protes. Lagian Maya pengen rumah ini, jadi rumah ini bakalan jadi milik Maya. Maya lebih pantas menjadi nyonya di rumah ini dibanding kamu,” ucap Calvuun. Hal itu membuat Selena tertawa kecil mendengarnya.
“Mas, bukan masalah pantas atau enggaknya. Tapi rumah ini itu. Udah jadi rumah aku. Kamu nggak bisa bilang kalau rumah ini bakalan jadi milik Maya. Aku tidak setuju!” ucap Selena, tentu saja apa yang diucapkan oleh Selena tidak akan membuat Calvin peduli.
Dia hanya memedulikan tentang Maya yang harus mendapatkan apa yang dimiliki oleh dia. “Aku enggak peduli dengan apa yang kamu katakan Selena! Rumah ini tetap akan menjadi milik Maya. Dia lebih pantas untuk mendapatkan rumah ini dibanding kamu. Kamu tahu, kalau Maya ini kesayangan semua orang. Dia hanya mau rumah ini dibanding beli rumah yang baru.” Ucap Calvin duduk di samping Maya dan memeluk pundak Maya.
Selena mendengar hal itu langsung berjalan mendekati Calvin dan Maya. Selena menarik tangan Maya, membawa wanita itu berdiri dan berhadapan dengannya sekarang. “Kamu tidak cukup rebut suamiku saja. Sekarang kamu mau rebut rumah ini?! Kamu memang murahan ya Maya! Kamu mau semua yang aku miliki menjadi milik kamu. Kenapa? Kamu iri dengan apa yang akku miliki?” tanya Selena menatap pada mata Maya dengan tatapan tajamnya.
Maya mendengar apa yang dikatakan oleh Selena tertawa kecil. “Rebut semua milik kamu? Rumah ini dibeli pakai uang Mas Calvin. Dan Mas Calvin udah jadi suami aku. Kamu yang harusnya sadar diri Selena, kamu itu yang rebut Mas Calvin dari aku. Seharusnya dari awal aku yang menikah dengan Mas Calvin. Tapi kamu datang godain Mas Calvin, dan minta dia untuk nikahin kamu. Itu namanya merebut!” ucap Maya.
Selena tertawa kencang dan bertepuk tangan mendengar apa yang dikatakan oleh Maya pada dirinya. Matanya melihat pada Calvin yang menatapnya dengan tatapan mengangkat sebelah alisnya.
“Dia bilang aku godain kamu Mas. Kamu yang maksa aku buat nikah sama kamu. Coba bilang sama istri kedua kamu ini, berapa kali aku menolak lamaran kamu setelahnya baru aku terima lamaran kamu. Ada aku godain kamu Mas? Kalau aku tahu kamu waktu itu sudah dijodohkan dengan Maya. Mana sudi aku menerima kamu sebagai suami kamu, yang berujung menyakitkan seperti ini.” Ucap Selena tertawa kecil, dan dalam hatinya ingin menangis.
Semakin hari dirinya semakin gila dengan apa yang dilakukan oleh Calvin pada dirinya. Maya mendengar apa yang dikatakan oleh Selena, dia menatap pada Calvin.
“Mas, dia tertawain kamu loh. Kamu nggak marah sama dia? Kalau aku jadi kamu, sudah aku hajar dia!” ucap Maya, menunjuk pada Selena yang masih saja tertawa.
Calvin yang melihat itu menatap datar pada Selena yang masih tertawa kencang. Calvin berjalan mendekati Selena.
Plak! Plak! Plak!
Tiga tamparan itu diberikan oleh Calvin pada Selena. Membuat Selena langsung memegang pipinya, meringis dan menatap suaminya yang menatapnya dengan tatapan tajam. Selena menggeleng pelan. Ini sudah kesekian kalinya Calvin menampar dirinya.
“Mas, kamu tampar aku?” tanya Selena pada Calvin.
“Iya, aku tampar kamu. Memangnya ada masalah? Kamu itu memang nggak tahu diri ya Selena. Seharusnya kamu itu bersyukur. Rumah ini itu akan menjadi rumahnya Maya. Memangnya ada uang kamu masuk beli rumah ini? Enggak ada, ‘kan? Makanya jangan tidak tahu diri menjadi wanita! Orang tua kamu itu. Mereka minta dibelikan rumah. Saya dengan sudi membelikan mereka rumah.”
Selena tersenyum kecut, masih saja Calvin membahas tentang orang tuanya, padahal Selena dulu melarang Calvin untuk membelikan orang tuanya rumah yang hampir lima ratus juta harganya, karena dia tahu kalau orang tuanya itu segala sesuatu diminta ke Calvin.
“Mas, kamu mengatakan seolah kalau orang tua aku itu seperti memoroti kamu. Bukannya kamu bilang dulu, kalau orang tua aku adalah orang kamu juga. Sekarang kenapa kamu selalu membahas apa yang pernah kamu kasih ke orang tua aku. Seolah kamu nggak ikhlas.” Ucap Selena, menatap pada mata Calvin.
“Cih! Aku memang tidak ikhlas sebenarnya memberikan pada orang tuamu. Tapi mereka selalu saja memaksa dan tidak tahu dirinya, mereka mengatakan kalau ingin ini itu. Padahal anaknya saja yang seperti ini yang hamil tidak jelas ayah anaknya siapa.” Ucap Calvin memandang hina pada Selena.
Selena mendengar apa yang dikatakan oleh Calvin menggeleng pelan. “Mas, kamu berkata apa?! Kenapa sampai ke anak yang aku kandung hah?! Ini anak kamu! Sudah berulang kali aku bilang sama kamu, kalau ini anak kamu. Aku enggak berbohong. Dan aku tidak pernah melakukannya selain dengan kamu!” ucap Selena menatap pada Calvin dengan tatapan tersakitinya.
Suaminya begitu tega sekali berkata seperti itu mengenai anak yang dikandung oleh dia. Anaknya ini adalah darah daging Calvin. Begitu teganya Calvin mengatakan kalau anak ini tidak jelas ayahnya siapa. Sudah jelas Calvin ayah dari anaknya ini. Masih saja Calvin bertanya siapa ayah dari anaknya ini.
“Kamu boleh ngomong kalau anak di dalamm perut kamu itu anak aku sekarang! Tapi kamu tahu. Setelah anak itu lahir, aku nggak akan biarin dia lama-lama dan langsung tes DNA untuk tahu apakah dia itu beneran anak aku atau bukan.”
Selena tesenyum kecut mendengar apa yang dikatakan oleh Calvin pada dirinya. “Kamu dengan entengnya bilang kayak gitu ya Mas. Sudah jelas ini anak kamu. Kamu mau tes DNA seratus kalipun nanti. Tetap saja hasilnya nanti ini anak kamu!” ucap Selena, menatap pada Maya yang menatapnya dengan tatapan tajam dari wanita itu.
“Yang harus kamu ragukan itu istri kedua kamu ini. Apakah dia nanti itu sungguh hamil anak kamu atau bukan. Atau bisa saja dia tidak bisa hamil,” ucap Selena tersenyum sinis.
“Kamu jangan sembarangan bicara Selena! Kamu itu yang harusnya diragukan. Kamu itu jalang! Kamu cuman mau jelekin aku di depan Mas Calvin. Mas! Aku enggak tahan sama Selena ini, dia punya dendam sama aku. Padahal yang rebut kamu dari aku itu dia! Bukan aku yang rebut kamu! Sakit hati aku dengar dia bilang kayak gitu. Sama saja dia doain aku mandul.” Maya mengadu pada Calvin dan sudah menangis palsu.
Calvin menampar Selena kembali. “Kamu jangan pernah berkata hal buruk pada Maya. Dia itu wanita yang akan melahirkan anak untukku, dan menjadi pewaris semua kekayaanku!” ucap Calvin, hal itu sontak membuat Selena tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan oleh Calvin.
Pewaris katanya? Jadi anaknya tidak akan pernah mendapatkan harta milik Calvin. Tidak perlu berharap untuk hidup enak nanti ya Nak. Karena ayahmu bukan orang yang baik lagi, tapi dia sudah jahat pada kita berdua.
“Kau memang jahat dan sudah berubah ya Mas. Kamu tidak memikirkan anak dalam kandunganku. Hanya memikirkan tentang Maya dan segalanya tentang Maya. Sekalian saja kamu berikan seluruh harta kamu untuk dia.” Ucap Selena menunjuk Maya dengan tatapan tajamnya.
Maya mendengar itu tertawa kecil. “Dia itu iri sama aku Mas. Memang istri kamu ini nggak ada kata baiknya. Aku heran, kenapa kamu bisa milih dia waktu dulu dibanding harus nikah sama aku. Kalau saja kamu tidak menjadi lelaki bodoh dulunya dengan menikah dengan dia. Maka kita sudah memiliki anak sekarang Mas,” ucap Maya.
Calvin mendengar apa yang dikatakan oleh Maya tersenyum. “Aku tidak tahu kenapa mau saja dulu nikah sama dia. Mungkin benar apa kata Mama, kalau aku itu digoda oleh dia. Dan tertipu dengan ucapan manis yang dia ucapkan,” ucap Calvin.
Selena mendengar itu mengabaikan apa yang dikatakan oleh Calvin dan Maya, tidak mau mendengar apa yang dikatakan oleh Calvin dan Maya lagi. Terserah mereka mau berkata apa! Dia tetap saja salah di mata suaminya sendiri, dan wanita itu tetap selalu benar di mata suaminya,
“Kau memang berubah semakin banyak Mas. Kau tidak tahu yang mana yang salah dan yang mana yang benar!” ucap Selena meremas dadanya yang terasa sesak dan sakit.
Selena menoleh ke belakang, menatap pada suaminya yang mencumbu bibir Maya. Kenapa harus menyakiti dirinya sesakit ini? Sehingga Selena tidak mampu untuk menata hidupnya lagi. Sakitnya sungguh luar biasa sekali. Ingin berteriak kencang dan pergi untuk selamanya. Agar tak merasakan yang namanya sakit di dalam hatinya akibat perbuatan yang dilakukan oleh Calvin.