Selena menatap di depan sana, Calvin dan Maya mengatakan janji suci satu sama lain. Pernikahan megah ini membuat hatinya begitu sakit sekali. Bagaimana Calvin dan Maya yang tampak tersenyum penuh kebahagiaan di atas penderitaannya. Selena menutup matanya ketika dua orang itu saling berciuman di depan sana.
Selena menghapus air matanya kasar, lalu dia menatap pada keluarga suaminya yang duduk bersama dengan keluarganya Maya. Kedua keluarga itu tampak sangat bahagia sekali berbicara satu sama lain, membuat dia mengepalkan tangannya. Selena duduk agak menjauh dari keluarga yang penuh kebahagiaan itu. Matanya menatap pada makanan yang ada di depannya.
“Katanya Pak Calvin sudah menikah. Terus ini dia menikah lagi, apa maksudnya? Dia poligami gitu?”
“Biasalah. Orang banyak uang. Nggak cukup cuman satu wanita saja di dalam hidupnya, dia bakalan nggak puas cuman memiliki satu istri. Katanya istri pertamanya juga cantik tapi bukan dari keluarga kaya. Tetap aja kasihan sama istri pertamanya, dia nggak sakit hati lihat suaminya menikah lagi dengan wanita lain. Kelihatan bahagia banget kedua orang itu.”
“Katanya sih. Ini katanya loh. Ibunya Pak Calvin itu enggak setuju sama istri pertama Pak Calvin, yang dari keluarga biasa saja. Nggak setara lah sama dia yang kaya raya. Menantunya katanya cuman mau harta Pak Calvin aja. Tapi kalau dengar kabar, istri pertama Pak Calvin ini dermawan sekali, dia sering nyantunin anak yatim piatu dan juga orang nggak mampu. Jadi mau hartanya dimana? Kasihan sih sama dia. Kalau aku jadi dia. Udahlah. Pergi aja sih.”
“Kamu benar, kalau aku jadi dia, udah pergi aja sih, nggak mau lagi sama si Calvin. Ups! Maksudnya Pak Calvin. Aku mau lihat istri pertamanya, katanya Pak Calvin enggak ada bawa istri pertamanya kemanapun dan kenalkan pada orang-orang. Dilarang oleh Ibu Pak Calvin.”
“Kasihan sekali ya. Yang dikenalkan sekarang malah istri keduanya, diakui dan tampak sangat dicintai sekali. Kalau aku menjadi wanita itu, aku akan mengamuk dan mengatakan kata cerai pada Pak Calvin. Enak saja, dia mau menduakan cinta, dan malah bersenang-senang dengan wanita lain dan mengakui wanita itu.”
Ucapan dari dua wanita yang ada di meja ini membuat Selena yang mendengarnya mengepalkan tangannya di bawah meja. Dia juga ingin mengamuk dan berkata pada Calvin kalau dia sakit hati dengan apa yang dilakukan oleh Calvin pada dirinya.
Namun tidak bisa. Dia akan ditampar dan dihukum oleh Calvin. Kemarin saja tangannya terluka, membuat Selena harus mengobati lukanya sendiri.
“Selena, kau bawa makanan ini untuk Maya. Dia belum makan dari pagi.”
Ucapan ibu mertuanya, dan juga piring yang ada di tangan ibu mertuanya. Selena tersenyum kecut lalu menggeleng pelan. “Ma, aku nggak bisa untuk bawa makanan ini ke Maya. Mama suruh orang lain saja. Banyak orang di sini untuk bawa makanannya ke Maya,” tolak Selena, setelahnya kepalanya di dorong dengan kuat membuat beberapa orang di sana melihat apa yang dilakukan oleh Sarah.
“Beneran nggak guna kamu ya! Cuman bawa makanan ini ke Maya kamu tolak. Kamu hidup itu gunanya untuk apa? Buat orang sengsara dan emosi?” tanya Sarah.
Selena menggeleng. Mengambil piring yang berisi makanan di tangan ibu mertuanya. Langkah kakinya sungguh berat sekali menuju tempat suaminya dan Maya— istri kedua suaminya, yang keduanya terlihat bahagia sekali. Dan bersalaman dengan para tamu setelah mengucapkan janji suci satu sama lain. Satu jam yang lalu.
“May, ini makanan disuruh Mama kasih ke kamu,” ucap Selena berusaha menahan isakannya.
Ada istri tua yangg sanggup untuk mengantarkan makanan untuk istri kedua suaminya. Dan itu adalah Selena, yang harus melakukan hal ini.
“Oh, kamu disuruh sama Mama. Kamu nggak kasih racunkan?” tanya Maya dengan cepat mengambil makanan yang ada di tangan Selena.
Selena mendengar apa yang dikatakan oleh Maya tertawa kecil. “Kalau kamu mati setelah ini. Bukan salahku. Itu ibu mertua kamu yang ambil makanannya untuk kamu. Kamu kira aku akan dengan senang hati ambilkan kamu makanan? Enggak! Lebih baik kamu mati kelaparan. Biar kamu nggak jadi wanita jahat lagi!” ucap Selena yang akan pergi dari sana.
Namun tangannya dicekal oleh Calvin. Selena menatap pada tangannya yang dipegang oleh Calvin. “Kenapa Mas? Kamu mau marah. Kamu mau pukul aku? Pukul aja Mas. Biar pesta pernikahan kamu dengan Maya hancur. Dan yang malu bukan aku. Yang dibicarakan juga bukan aku. Tetapi kalian. Kalian tahu nggak, semua orang benci yang namanya pelakor dan akan lebih memilih untuk membela istri pertama dibanding istri kedua,” ucap Selena tertawa kecil setelahnya dia pergi dari sana setelah melepaskan tangannya dari tangan Calvin.
Calvin mendengar apa yang dikatakan oleh Selena menghela napasnya kasar, matanya menatap pada tamu undangan yang mulai berdatangan. Mata Calvin menatap pada Maya yang memakan makanannya sekarang.
“Maaf ya sayang. Nanti sampai rumah aku bakalan hukum dia,” ucap Calvin.
Maya mendengar apa yang dikatakan oleh Calvin mengangguk. “Iya, Mas. Kamu jangan kasih dia ampun ya. Aku geram dengan apa yang dia katakan. Memang kurang ajar sekali istri pertama kamu itu. Lebih baik kamu suruh dia pergi deh.” Ucap Maya menatap pada Calvin.
Calvin mendengar apa yang dikatakan oleh Maya tertawa kecil. “Nanti sayang. Ada saatnya aku suruh dia untuk pergi. Bukan sekarang, kamu tenang saja. Dia nggak bakalan berani macam-macam sama kamu,” ucap Calvin mengusap rambut Maya lembut.
Maya mendengar itu tertawa kecil. “Aku benci sama dia Mas. Dia sama aja nyumpahin aku mati tadi loh Mas!” kata Maya menatap manja pada Calvin.
Calvin mendengar apa yang dikatakan oleh Maya tersenyum dan membawa Maya untuk masuk ke dalam pelukannya. Memberikan kehangatan pada Maya yang dari tadi mengomel karena ulah Selena. Selena memang sangat keterlaluan sekali.
“Kamu lihat sayanng, aku bakalan kasih pelajaran sama dia, yang udah berani bikin istri aku ini sedih,” ucap Calvin.
Maya mendengar apa yang dikatakan oleh Calvin tertawa kecil, lalu menyenderkan kepalanya di pundak Calvin.
“Aduh! Jeng! Itu anak kita romantis banget ya. Coba aja dari dulu Calvin dengerin apa yang saya bilang, dia pasti udah punya anak dari Maya. Dia ngeyel sih. Maunya nikah sama wanita miskin yang nggak ada cantiknya. Malahan kampungan itu istri pertama Calvin.”
Hinaan dari Sarah masih terdegar di tellinga Selena. Selena yang akan mengambil makanan melewati meja keluarga Calvin dann Maya. Mengepalkan tangannya mendengar apa yang dikatakan oleh orang di sana yang dengan mudah sekali menghina dirinya.
“Yang penting Calvin sekarang udah sadar Jeng. Nggak perlu dia lagi sama istrinya yang itu. Minta Calvin cerain dia dong Jeng, saya nggak mau anak saya lama-lama jadi istri kedua,” pinta ibu Maya, hal itu membuat Selena ingin sekali menghampiri wanita tua itu lalu mengatakan.
Seharusnya yang diceraikan itu Maya bukakan dia. Tetapi karena Selena tidak mau menambah masalah di sini. Dia hanya diam saja, tidak akan mencari masalah dengan orang-orang yang sudah gila ini.
“Tunggu aja Jeng. Pasti diceraikan si Selena itu. Jeng nggak perlu khawatir, walaupun Maya jadi yang kedua. Tapi dia yang paling utama untuk kami. Nggak akan bisa itu si Selena buat Maya tergantikan posisinya.”
“Iya, saya tahu Jeng. Udah kita foto dulu sama mereka. Romantis banget mereka ini. Jadi ingat masa muda dulu nikah samma Bapaknya Selena.”
“Ih! Sama Jeng. Udah kita foto dulu. Ini hari bahagia Calvin dan Maya. Nggak usah bahas wanita kampungan dan miskin itu yang bisanya cuman mau habisin harta anak saya aja.”
Selena tertawa kecil mendengarnya. Habisin harta Calvin? Yang ada Maya sekarang yang menghabiskan uang Calvin sampai bermilyaran hanya sebuah pesta pernikahan saja. Lucu sekali omongan ibu mertuanya ini. Yang tidak melihat pada kenyataan, dan hanya mau melihat pada yang buruk bagi dia. Padahal tidak seburuk itu.