[Hey, aku tiba-tiba ada keperluan dadakan. Aku benar-benar minta maaf, akan kuganti kapan-kapan, ok?]
Dengan tatapan hampa, Ares menatap layar ponselnya. Pesan singkat dari Ariana terpampang dingin di sana.
Singkat. Tidak ada penjelasan, tidak ada alasan yang masuk akal. Baru satu jam pesta berlangsung dan Ariana sudah melesat pergi, meninggalkannya begitu saja, bahkan tanpa report berupaya mencarinya untuk meminta izin secara langsung.
Mereka memang bukan apa-apa. Bukan pasangan atau pun kekasih. Tapi Ariana, dengan segala cahaya dan gelak tawanya, telah sukses mencuri perhatian sang CEO yang biasanya sulit teralihkan. Kekecewaan dan kekesalan berbaur menjadi satu rasa suntuk yang mengganjal di dad*nya.
Tanpa semangat lagi untuk tetap berada di keramaian, Ares beranjak meninggalkan b
