Malam semakin larut, tetapi suasana di dalam klub malam justru semakin memanas. Lampu-lampu berwarna memantul ke segala penjuru, menyinari wajah-wajah yang larut dalam euforia. Musik beat dari DJ mengguncang lantai, menggetarkan dad* setiap pengunjung yang ada di dalamnya. Beberapa duduk di bar, menyeruput minuman, sementara yang lain menari liar di lantai dansa—ada yang solo, mengikuti irama dengan mata terpejam, ada pula yang berpasangan, tubuh mereka saling mendekat seolah tak ada lagi batas. Di sudut VIP, Haniel duduk dengan tegak, jari-jarinya memutar gelas berisi whiskey yang hampir habis. Matanya yang biasanya tajam dan penuh analisis kini redup, tertutup oleh bayang-bayang kelelahan—muaknya pernikahan sandiwara yang menderanya. Di sebelahnya, Josh, sahabat sekaligus rekan kerjan

