"Tapi aku suka kau yang mesum." ucap Lucy menatap Hans dengan senyum nakalnya.
Hans terkekeh, "Pakai bajumu atau ingin melanjutkan?"
Lucy menatap tajam Hans, "Aku tidak bisa bergerak, remot TV saja aku minta maid yang mengambilkan."
Hans menatapnya khawatir, sekasar itukah ia semalam?
"Apa perlu kupanggilkan dokter?" Tawar Hans.
Lucy menggeleng cepat, "Lebih baik kau ambilkan bajuku."
Hans mengambil koper Lucy mengambil pakaian gadis itu serta baju dalamnya. Hans dan Ken tidak membawa koper karena baju mereka sudah ada di rumahnya itu. Lucy memerah saat Hans menatap baju dalamnya yang berwarna hitam berenda namun pria itu tidak lagi jahil ia memberikan langsung pada Lucy, pria itu benar-benar khawatir. Lucy mendudukkan tubuhnya dengan sedikit erangan sakit ia rasakan pada bagian bawahnya.
"Apa benar tidak apa?"
Lucy menghela napas, "Hans, saat pertama kali kemarin pun aku seperti ini."
"Tapi tidak separah ini, bukan?" Hans menghela napas.
Lucy tidak menjawab dan memakai pakaiannya masih dalam posisi duduk namun membelakangi Hans tapi pria itu membantunya, setelah selesai, Hans menatapnya.
"Aku panggilkan dokter?"
"Hans, Aku baik-baik saja."
Hans menghela napas dan menyuapi gadis itu lagi, meskipun wajahnya datar namun Lucy tahu benar bahwa pria itu tengah mengkhawatirkan dirinya. Lucy mengelus rahang Hans dan perlahan ia turun dari tempat tidur yang membuatnya sakit namun ia menahannya.
"Lihat? Aku baik-baik saja." ucap Lucy melangkah perlahan dan merasakan sakit yang tak terahankan.
Dalam satu hentakan Lucy sudah berada di gendongan Hans ala bridal, "Dasar bodoh."
"Hans?"
"Jangan kau pikir aku tidak tahu." ucap Hans meletakkan Lucy di atas king size-nya.
★ ★ ★ ★ ★ ★
"Kau tidak pergi ke luar?" Tanya Ken sudah rapi dengan kemeja serta Sarah di sampingnya, lagi-lagi gadis itu diborgol.
"Aku ingin tapi malaikatku tidak dapat bergerak dari tempat tidurnya." jawab Hans memasukan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
Sarah menyipitkan matanya mengintimidasi Hans, "Separah apa kau melakukannya?"
Hans hanya menatapnya kemudian menemui Lucy yang masih di atas king size-nya memainkan ponselnya. Gadis itu membentangkan tangannya ke arah Hans membuat pria itu bingung.
"Gendong aku." ucapnya.
Hans menghela napas dan menggendongnya ala bridal, "Kau ingin ke mana?"
"Taman belakang." Hans menurutinya dan mengantarnya ke sana namun pada saat mereka sudah sampai di sana, "Antar aku ke dapur." setelah mereka sampai di dapur, "Antar aku ke kamar mandi." saat sudah sampai di kamar mandi, "Antar aku ke kamar." saat sudah sampai di kamar Lucy mendecih.
"Mengapa kau tidak protes? Padahal aku memancingmu untuk marah."
"Bagaimana bisa aku marah padamu? Aku saja marah pada diriku sendiri."
Lucy sedikit tersentuh namun ia memutar kedua bola matanya, "Ayolah mungkin sebentar lagi sembuh dan aku tidak mau tahu kau harus melanjutkannya malam ini."
Ctak!
"Jangan kau pikir aku bodoh, Lucy."
Lucy mengusap keningnya dan menatap bingung Hans.
"Kau bicara begitu karena kau memikirkan kesenanganku saja, bukan begitu? Tapi apa kau sadar bahwa kebahagiaanku terletak pada dirimu?" Hans berbicara serius namun tatapannya datar seperti biasa.
Jantung Lucy berdegub lebih kencang ia merasa terbang karena perkataan Hans, tidak pernah terbayang olehnya bahwa Hans merasa seperti itu, ia membatu dengan senyuman kecilnya.
"Tapi aku memang mengiginkannya hanya saja fisikku tidak mendukung."
Hans mengacak-acak rambutnya frustasi, "Seharusnya kau bilang jika aku kasar."
Lucy menggeleng, "Aku menikmatinya, aku ingin kau lepas kontrol saat bersamaku, Hans."
"Apa maksud-" belum sempat Hans selesai dengan perkataannya namun Lucy memotongnya.
"Kau selalu menahan dirimu seperti orang dewasa, kau selalu manahan ekspresimu, keinginanmu, dan lainnya. Aku ingin kau tertawa bebas, menyerangku dengan bebas, tersenyum bebas, dan aku sangat bahagia melihatmu yang tidak perlu menahan dirimu." jawab Lucy mengelus rahang Hans.
Hans menghela napas, "Apa kau yakin? Aku benar-benar liar, kejam, dan mungkin menjijikan, asal kau tahu."
"Setidaknya aku lebih memahamimu." balas Lucy mendekatkan wajahnya pada wajah Hans.
"Are you sure?" Tanya Hans memastikan.
"Yes i'm sure."
Hans melumat bibir Lucy tanpa ampun, ia menggigit bibir bawah gadis itu bertujuan untuk membuka mulutnya tapi gadis itu tidak menurut dan kemudian Hans menghisap bibir bawah gadis itu yang sontak membuat Lucy mengerang serta membuka mulutnya dan pada saat itu Hans memasukkan lidahnya secara brutal. Lucy mengerang ia merasa Hans benar-benar berbeda.
"I'm gross and wild as f**k, didn't i?"
Lucy menyeringai dan berbisik di telinga Hans, "And i love it."
★ ★ ★ ★ ★ ★
Setelah satu minggu berlibur di Indonesia mereka kembali ke New York sebab Hans harus menyelesaikan banyak pekerjaannya, rencana untuk bulan madu di Raja Ampat pun tertunda. Hans, Lucy, Sarah, dan Ken tinggal di satu rumah kali ini Sarah benar-benar ingin keluar dari mansion itu tapi terhalang oleh banyaknya anak buah yang menjaga di setiap sudut, persis seperti Lucy dulu.
"Terima kasih." ucap Lucy menyiram tanaman bersama Sarah yang hanya menatapnya.
"Untuk apa?" Tanya Sarah bingung.
"Kau tinggal di sini membuatku merasa nyaman karena aku tidak memiliki teman di sini."
Sarah tersenyum, "Mr.Stone sudah cukup untukmu Lucy, dia benar-benar romantis dan perhatian."
Lucy memanyumkan bibirnya, "Tetap saja memiliki teman perempuan jauh lebih menyenangkan. Dan bagaimana kau dengan Ken?"
"k*****t itu membuatku hamil." jawab Sarah santai.
"A-apa?!" Tanya Lucy tidak percaya, "L-lalu kapan kalian menikah?"
"Entahlah, aku tidak mau menikah dengan orang sepertinya." jawab Sarah kesal.
"Kenapa?" Tanya Lucy gemas.
"Karena dia pria k*****t dan brengsek."
"Mengapa kau berpikir seperti itu?"
Sarah memutar kedua bola matanya, "Astaga Lucy, dia menganggapku p*****r saat pertama kali kami melakukannya dan dia mengataiku bahwa aku yang menginginkan dirinya."
Lucy menggaruk kepalanya yang tidak gatal ia benar-benar tidak mengerti.
"Belum lagi saat kutolak berhubungan ia membawa seorang gadis dan menidurinya tepat di depan mataku."
Lucy terbelalak, "Apa kau serius?"
"Namun saat seterusnya aku terus menolaknya, ia tidak lagi membawa gadis melainkan memaksaku."
Lucy berdegik, mengerikan sekali otak Ken. Apalagi Hans saat memaksanya kemarin hingga Hans mengikat tangannya dengan ikat pinggangnya dan mengabaikan setiap jeritan Lucy memanggil namanya.
"T-tapi aku rasa dia menyukaimu." ucap Lucy.
"Dia hanya menyukai tubuhku persis seperti mantan pacarku yang lain." jawab Sarah enteng.
"Lalu bagaimana dengan anakmu?" Tanya Lucy.
Sarah memegang perutnya, "Aku berdoa agar anak ini gugur jadi aku bisa terbebas darinya."
"Sarah, apa pun yang terjadi jangan salahkan anakmu dia tidak tahu apa-apa, jangan hukum dia dengan kematian padahal ia tidak melakukan kesalahan apapun." peringat Lucy.
Namun jauh di dalam hati Lucy ia pun ingin merasakan mempunyai anak dari Hans, mengandung, menyusui, dan bermain. Tapi jika diingat-ingat kembali dia belum datang bulan seharusnya beberapa minggu lalu. Senyum kecil terukir di wajahnya.
Aku akan selalu menunggu anak kita lahir dan bermain bersama....
★ ★ ★ ★ ★ ★
"Pastikan Hans sibuk."
"..."
"Aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan."
Malvin menutup telepon kemudian melepas kacamatanya, mengganti model rambutnya, ia menirukan gaya bicara Hans sesekali yang ia pikir benar-benar mirip. Pria itu melangkah masuk ke kediaman Stone, menelusuri kamar Hans dan memberi perintah pada Agnes untuk memanggil Lucy.
"Ada apa, Hans?" Tanya Lucy tiba-tiba disuruh menemuinya di kamar padahal tadi pria itu sudah beranjak pergi ke kantor.
Pria itu tidak menjawab ia hanya menatap Lucy dalam dingin perlahan ia mendekati gadis itu dan mengelus pipinya lembut.
Melihat wajah manismu tersenyum saat bertemu dengan Hans membuatku menderita.... namun mulai sekarang kau milikku, Lucy....
Lucy merasakan sesuatu yang berbeda dari pria itu seperti tangannya dan sentuhannya, namun jika ia mengatakannya pada Hans ia takut akan menyakiti hati pria itu.
"H-Hans?"
"Yes?" Ia menjawab, suaranya tidak seberat suara Hans biasanya.
★ ★ ★ ★ ★ ★
Hans berunding dengan pemilik dari salah satu casino di kota Macau, Chinese. Mereka berunding terus saling bernegosiasi untuk mendapatkan keuntungan yang lebih namun Ken memberikan ponsel milik Hans dan ia mengernyit saat mendapati pesan dari orang tidak dikenal dengan nama 'Nameless' Hans hendak mengabaikannya namun ia penasaran apakah itu pesan dari salah satu musuhnya? Ia pun meminta waktu untuk membuka ponselnya, Hans membulatkan matanya saat mendapat pesan.
Menyenangkan sekali bercinta dengannya dan membuatku mempotretnya sebagai wallpaper-ku juga merekam desahannya untuk mengingatnya jika aku merindukannya.
Mr.Hans Stone, Lucy adalah milikku dan ia juga mencintaiku aku memberitahumu agar kau segera melepaskannya karena kami akan segera menikah.
Mendengar voice note suara desahan dan ia tahu benar itu suara desahan Lucy. Pria itu hendak membalas pesan namun orang asing itu mengirim foto Lucy yang naked terkulai lemas di atas king size kamarnya. Napas Hans memburu menatap foto yang menampilkan gadis pujaannya dengan wajah merah, keringat bercucuran dan parahnya lagi dalam keadaan naked. Hans melempar gelas yang ia pegang sedari tadi dan menghapus foto itu kemudian menarik kasar kerah Ken.
"Lacak b******n ini!" Hans berdesis tajam dan pergi meninggalkan mereka.
Napas Hans semakin memburu mengingat setiap lekuk tubuh gadis itu dapat terlihat oleh orang lain selain dirinya, Hans melaju tanpa peduli akan keselamatannya yang ada di pikirannya saat ini hanyalah Lucy.
Suara decitan ban terdengar nyaring dan asap dari ban itu dapat terlihat karena cukup lajunya Hans membawa kendaraannya itu. Hans membuka pintu mobilnya dan berjalan cukup cepat ke dalam rumahnya, ia melihat maid segera menunduk di hadapannya dan dengan kasar ia mendorong maid itu hingga punggungnya memukul dinding sangat keras.
"Siapa yang datang ke sini?!"
Maid itu menggeleng, "Tidak ada, tuan."
Hans mengumpat, mendorongnya dengan kasar kemudian menuju lift untuk ke kamarnya, ia dapat melihat Lucy yang terbaring tertidur lelap.
Flashback on.
Lucy merasa ada sesuatu yang berbeda dari Hans, pria itu menciumnya dengan sangat menuntut dan bibirnya berbeda dari biasanya, suaranya tidak seberat biasanya, sentuhannya pun berbeda.
Tangannya merambat ke d**a Lucy kemudian membuka habis semua yang melekat padanya dalam satu hentakan. Lucy merasakan tangan pria itu membelai area sensitifnya berusaha percaya bahwa itu Hans dan menutup kuat-kuat matanya, desahan lolos dari mulutnya, setelah itu Lucy berusaha membuka mata, pria itu menyeringai dan beranjak melepas celananya,
Ini benar-benar bukan Hans!
Lucy mendorongnya hingga pria itu terjatuh dari tempat tidur.
"Lucy.... ada apa?"
"Kau bukan Hans!" Jerit Lucy.
Ia mengepalkan tangannya, "Apa maksudmu?"
"Siapa kau?! Suaramu, sentuhanmu, dan tubuhmu benar-benar berbeda dari Hans!"
Pria itu tertawa gila padahal semua orang percaya bahwa dirinya adalah Hans tapi gadis di hadapannya menyadari perbedaan itu, keinginannya untuk menyentuh gadis itu cukup besar namun ia mengurungkannya.
Tidak sekarang, Malvin.....
Malvin menyeringai seperti iblis kemudian mengambil vas bunga di atas meja dan menghantamnya ke kepala Lucy membuatnya merasakan sakit perlahan pandangannya mengabur.
End of Flashback
Hans memeriksa setiap inci di tubuh Lucy dan memeriksa sidik jari itu namun ia tidak menemukan apapun, orang itu melakukannya dengan sangat lihai.
"b******n!"
Hans menggeram kesal, bagaimana bisa dengan banyaknya pengawal di setiap sudut, orang asing bisa masuk?
Hans memerintah anak buahnya untuk mencari ke setiap sudut kemudian memakaikan Lucy pakaiannya. Hans menghela napas gusar, ia benar-benar marah sekarang. Setelah itu Ken datang dan memberikan ponselnya pada Hans lalu pergi untuk mencari informasi lagi.
"I will f*****g kill you." desisan tajam itu menusuk telinga Lucy yang membuat gadis itu terbangun.
"Hans?"
Hans menatapnya dingin persis saat pertama kali mereka bertemu, perlahan pria itu menajamkan matanya dengan alis yang bertaut seperti tatapan elang yang mematikan.
"Siapa yang habis memperkosamu?" Ia benar-benar tidak dapat mengontrol semua rasa cemburu dan marah dalam hatinya.
Gadis itu terlihat bingung, "Apa?"
"Aku bilang, siapa yang habis menjamah tubuhmu?!" Tanya Hans meninggikan intonasinya.
"Kau bicara apa, Hans?"
Apa kau mencoba menutupinya, Lucy?
Apa kau mencoba bermain dengan api?
Apa kau berselingkuh dariku?
Hans mencengkram dagu gadis itu kasar, "Jangan kau mencoba untuk menutupinya."
"A-aku benar-benar tidak mengerti, Hans." ucap gadis itu menahan rasa sakit yang ditorehkan Hans pada cengkramannya.
"Apa kau meminum alkohol?"
Lucy menggeleng karena itulah yang ia ingat.
Hans melepas kasar cengkramannya kemudian mengacak-acak rambutnya frustasi, pria itu membuka ponselnya, memang ia telah menghapus foto dari pesan orang asing itu namun foto itu masih tersimpan di galeri Hans, pria itu menunjukkan ponselnya pada Lucy
"Bisa kau jelaskan?!" Bentak Hans.
Mata gadis itu terbelalak perlahan matanya menghangat lantaran airmata berkumpul di kelopak matanya, ia merasa tidak pernah melakukan hubungan intim dengan orang lain selain Hans dan ia yakin bahwa Hans-lah yang memfoto dirinya dalam keadaan seperti itu.
"K-kau memfotoku dalam keadaan seperti itu?" Airmata Lucy tumpah begitu saja.
Hans menautkan keningnya, "Apa maksudmu?!" Kemudian pria itu mendecih, "Aku lupa bahwa dirimu benar-benar pandai berakting."
Lucy lagi-lagi meloloskan airmata jatuh begitu saja turun menuju pipinya, ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Hans mengutak-atik ponselnya dan memutar sebuah voice note, suara Lucy yang sedang mendesah setelah itu menunjukkan pesan singkat si b******n yang memperkosa Lucy.
Lucy bingung, airmatanya jatuh terus-menerus tanpa henti, ia sama sekali tidak ingat apa pun dan ia memang merasakan sesuatu yang janggal.
Apa benar aku melakukan hubungan dengan orang lain?
Gadis itu menangis ia hanya bisa berucap, "Maaf."
Napas Hans memburu, "Baru sekarang kau minta maaf? Jadi sifat polosmu tadi hanya menutupi semuanya?"
"T-Tidak-"
"Tutup mulutmu!"
Hans mendorong Lucy ke atas king size-nya, "Di mana kau disentuhnya? Akan kuhapus sekarang juga!"
Hans langsung menaiki tubuh gadis itu tanpa mempedulikan tangisnya.
★ ★ ★ ★ ★ ★
Lucy menangis tangannya memerah akibat cengkraman Hans, ia merasakan sakit, juga memar-memar di bagian kakinya karena cengkraman Hans yang sangat keras. Gadis itu terus menangis dengan isakkan yang tak tertahankan bukan hanya merasakan sakit di bagian sekujur tubuhnya tapi juga merasakan sakit di hatinya karena Hans menyentuhnya dengan sangat kasar tanpa peduli gadis itu terus berucap kata, 'maaf' dan 'sakit' terus-menerus disela isakkan dan erangan.
Di lain sisi Hans merasa hatinya benar-benar sakit mendengar isakkan gadisnya yang tengah terduduk dengan selimut menutupi tubuh mereka berdua. Hati Hans benar-benar merasa teriris dengan apa yang ia lihat, dengar, dan sekarang menyaksikan gadis itu menangis tidak karuan. Hans menarik kasar lengan gadis itu yang bergetar ketakutan.
"Siapa dia?!" Desis Hans tajam dan mematikan.
Lucy bergetar hebat jantungnya berdebar cepat karena ketakutan ia menggeleng pelan sambil menunduk, "A-aku tidak ta- "
"Lucy!" Bentak Hans menghempas tangan gadis itu kemudian menarik dagu gadis itu kasar, "Kau adalah milikku! Tidak ada seorangpun yang boleh menyentuhmu selain aku, mengerti?!"
Lucy tidak menjawab ia benar-benar menderita dengan sikap Hans yang lebih mengerikan dibanding saat pertama berjumpa dengannya dulu.
"Aku bertanya padamu, apakah kau mengerti?!" Bentak Hans meninggikan intonasinya lebih tinggi dari sebelumnya.
Lucy mengangguk takut, "A-aku mengerti."
Hans menghempas cengkraman tangannya dan mulai memakai bajunya, "Itu sebagai peringatan, jangan bermain dengan api dan mengingat siapa dirimu! Kau adalah milikku!"
Hans berlalu membuka knop pintu dan melemparkan tatapan tajamnya ke arah Lucy.
"Jika sekali lagi kau berani menyentuh seujung kuku pun pria lain selain diriku, maka bersiaplah untuk menerima hukuman yang sebenarnya!"
★ ★ ★ ★ ★ ★
Malvin menatap pantulan bayangannya di depan cermin, wajahnya sangatlah mirip dengan Hans, ia menyeringai.
"Baru sekarang aku mendapatkan keuntungan sebagai saudara kembarmu, Hans."
Pria itu tertawa keji layaknya orang gila dan memegangi kepalanya persis seperti orang yang tidak waras dan secepat kilat pula perubahan ekspresi pria itu kembali dingin.
"Kali ini aku akan memenangkan seorang gadis darimu." desisnya menyeringai.
Aku tidak akan kalah lagi, Hans....
Bersiaplah untuk menerima masalah selanjutnya.... Kau akan kehilangannya selama-lamanya....
★ ★ ★ ★ ★ ★
Lucy memeluk dirinya di dalam kamar Hans ia tidak berkutik dari tempatnya sedari tadi masih menangis mengingat begitu kasar Hans bicara dan menyentuhnya. Ia berusaha bangun untuk pergi ke kamarnya namun lagi-lagi ia tidak bisa bergerak, kali ini lebih parah dari saat ia berbulan madu kemarin. Lucy kembali menangis betapa menyedihkannya ia, gadis itu bahkan tidak dapat mengingat apa yang terjadi sebelum ia bangun dari tidurnya.
Brak!
Pintu terbuka menampilkan Hans yang membawa seorang gadis yang bergelayut manja ke dalam kamarnya.
"H-Hans?"
Hans menatap Lucy tajam, "Keluar."
Lucy menangis merasakan sakit di dalam hatinya, "S-siapa dia?"
Hans menatapnya benar-benar dingin dan tajam, "Keluar atau ingin menyaksikan kami berhubungan?"
"H-Hans, jangan lakukan ini.... kumohon."
"Beritahu aku siapa dia?!" desis Hans tajam.
Lucy menutup mata bengkaknya sekuat tenaga dan menangis, "Aku benar-benar tidak tahu dan tidak-"
"Tutup mulutmu!"
Hans menarik gadis itu ke dalam pelukannya dan mencium bibir gadis itu tanpa mempedulikan Lucy yang menangis.
Lucy lagi-lagi menangis dengan suara parau, "Hans...."
Hans menghempaskan gadis itu dan menjambak rambutnya, tatapannya masih dingin, perempuan itu terlihat bingung dan menatap Hans dengan rasa tidak percaya. Hans mencekik gadis itu dan menyeretnya menuju mini bar yang terdapat botol beer, pria itu mengambil botol kemudian menatap Lucy dengan tatapan dingin, tajam, dan mematikan.
"Kau akan melihat siapa aku sebenarnya, Lucy. Dan setelah ini aku yakin kau tidak akan berani macam-macam lagi denganku." desis Hans memukul botol beer ke kepala gadis itu hingga pecah.
Pecahan beer itu masuk ke dalam mata sang gadis Hans mengabaikan gadis yang menjerit kesakitan itu, ia menjambaknya kemudian menancapkan beling kemudian menariknya ke bawah membuat gadis itu menggeliat seperti cacing kepanasan. Lucy membekap mulutnya dan airmatanya turun melihat aksi Hans yang melukai gadis itu menggeliat-liat kesakitan.
"Kau berhubungan dengan pria? Ingin tahu bagaimana caraku menghukum pria itu?" Hans terkekeh dengan suara iblisnya.
Hans mendorong kepala gadis itu dan terbaring di atas king size-nya, begitu dekat dengan Lucy, gadis itu mencoba untuk melawan dan menampar Hans namun pria itu menangkap kedua tangan gadis itu kemudian memborgolnya, Hans mengikat gadis itu di tiang juga mengikat kakinya. Hans menatap Lucy dalam dingin kemudian mengambil cambuk yang ada di dalam laci, ia mencambuk gadis itu tanpa ampun.
"H-Hans!" Jerit Lucy.
Hans menyeringai seperti iblis namun tatapan matanya masih dingin dan tajam. Pria itu mengambil pecahan beer dan menghujamkannya berkali-kali di bagian yang sama sebanyak tujuh kali dan di saat terakhir ia menancapkannya begitu saja tanpa mencabutnya. Lucy meringis tidak dapat membayangkan betapa menyakitkannya itu. Hans merasa senang melihat ekspresi ketakutan dari Lucy setidaknya itu membuat gadis itu jera dengan perbuatannya.
Prang!
Lagi-lagi Hans memecahkan botol beer di bagian kepala gadis itu, menggoresnya di bagian perut membuat darah segar mengalir turun dan menggenang di lantai.
Lucy menangis melihat apa yang Hans lakukan dan memejamkan matanya ia tidak sanggup untuk terus membuka matanya.
"Buka matamu atau kau akan merasakannya juga!" ancam Hans dengan suara yang benar-benar murni kejahatan tanpa ada sedikitpun kebaikan.
Lucy menjatuhkan bulir beningnya dan terpaksa membuka matanya menatap Hans yang menyeringai iblis khasnya.
"Dan ini adalah bagian favorite-ku."
Hans berucap dan menuangkan isi botol beer menghujani gadis itu dari kepala hingga kaki, gadis yang tadinya pasrah untuk dibunuh Hans kini menggeliat benar-benar menggeliat dengan sekuat tenaga, merasakan sakit luar biasa perih serta rasa panas di setiap luka. Gadis itu menatap Lucy dengan wajah terluka sama seperti Lucy menatapnya. Hans terkekeh sadis menatap ekspresi dari kedua gadis itu.
Hans menyeringai mengambil korek dan menatap Lucy, "Kau tahu benar bahwa beer memiliki daya bakar luar biasa, bukan?"
Lucy dapat mendengarnya meskipun gadis itu merintih-rintih kesakitan berteriak, ia bergetar saat Hans mengarahkan korek api yang menyala pada gadis itu.
"Kumohon jangan! Ampuni aku! Apa salahku?! Jangan!" Gadis itu terus menggeliat, "Jangan! Aku mohon jangan!"
Tubuh Lucy bergetar hebat airmata terus merembes jatuh meneguk saliva-nya, "H-Hans, kumohon jangan lakukan itu!"
Hans melebarkan seringainya dan langsung mengarahkan api itu ke tubuh sang gadis, bagaikan bensin yang tumpah gadis itu terbakar begitu saja membakar seluruh tubuhnya, tali yang mengikat tubuhnya pun terlepas, menggeliat-terus menggeliat, namun tangannya masih tersangkut oleh besi panas, borgol. Hans tertawa sadis menikmati setiap apa yang diperbuatnya, membuat Lucy ketakutan dan tidak berani bermain-main lagi dengannya. Setelah sekian menit gadis itu tidak lagi menggeliat, gadis itu mati. Lucy menatap kobaran api yang begitu besar membuatnya takut.
Hans lagi-lagi menyeringai, "Takut?"
Lucy tidak menjawab, Hans menarik Lucy untuk mendekat ke arah api bahkan nyaris menyentuh kulit gadis itu.
"J-Jangan Hans! Kumohon jangan! Jangan! Jangan! Jangan!" Jerit Lucy saat merasakan panas luar biasa padahal ia belum menyentuh api itu.
Hans langsung ambruk memegangi kepalanya yang sakit untuk beberapa saat, ia menatap Lucy menangis dan menarik diri untuk menjauh darinya. Hans mendekati gadis itu tapi ia mundur dengan seribu langkah, pria itu membulatkan matanya.
Apa yang kulakukan? Membuat orang yang aku cintai takut padaku?
Hans mendekap gadis itu dan berteriak, "Ken!"
Hans melepas kemejanya dan menutupi tubuh mulus Lucy, Ken datang dan langsung pergi lagi membawa beberapa anak buah yang memadamkan api yang lumayan besar itu, setelah sepersekian menit mereka kembali keluar mengerti terhadap situasi.
"Lucy...." panggil Hans parau.
Lucy menangis menutup matanya tidak mampu menatap mata Hans yang mengerikan, "Maaf."
"Lucy...."
Gadis itu masih menangis, "Maafkan aku."
What the f**k am i have done?
Hans ingin sekali mencium gadis itu sekarang namun hatinya masih sakit Lucy lebih memilih menyembunyikan lelaki itu dan secara tidak langsung ia telah memilih lelaki itu dibanding Hans. Pria itu menjauh kemudian pergi keluar dari kamarnya.
"Hans...." gumam Lucy membuka mata sayunya.