“Bangga sekali bisa mengenalkan istri saya di reuni kita kali ini,” ucapnya tenang, namun penuh makna. “Saya sendiri mungkin hanya salah satu mahasiswa biasa yang menyelesaikan S2 di sini, tapi istri saya…” Wira menatap Lyora. “Dia memiliki semua yang terbaik, tapi tidak menjadikannya sombong. Itu yang membuat saya tidak pernah berhenti merasa kagum.” Si wanita yang sebelumnya bersikap sinis, kini terdiam, wajahnya pucat menahan malu. Sementara Lyora menunduk sedikit dengan senyum tulus. Ia tidak bersikap berlebihan, karena dia tahu bahwa dia datang bukan untuk membuat semua orang terkesan. Dia datang untuk satu hal, menjadi istri yang membuat Wira bangga. Dan sejauh ini, dia tahu dia berhasil. Di sudut lain restoran, dua wanita lain yang sebelumnya juga mencibiri Lyora dan berbicara

