Langkah kaki ringan itu mendekat. Wira, dengan kemeja putih bersih melangkah tenang masuk, dengan postur tegap dan sikap santun yang memancarkan wibawa alami. Tatapan matanya menyapu seluruh ruangan sebelum akhirnya berhenti… pada Lyora. Waktu seolah membeku. Lyora menoleh perlahan, dan saat pandangannya bertemu dengan mata pria itu—matanya membelalak. Napasnya tercekat. Jantungnya seolah berhenti berdetak. "Kamu?" gumamnya lirih, seakan berbicara pada dirinya sendiri. Itu—pria di kantor tadi pagi. Itu juga—pria yang menyelamatkannya dari Fabian di lobi. Dan sekarang... dia berdiri di sana. Di rumahnya. Di bawah pandangan semua anggota keluarganya. Dengan senyum yang sama. Tatapan yang sama. Tapi dengan kebenaran yang berbeda. Jenia memiringkan kepala, menatap Lyora dengan kening se