“Fabian... kita harus bicara. Ini penting.” suara Talita terdengar memohon. Fabian mendesis, matanya menatap jalan tanpa ekspresi. “Talita, aku lagi nyetir. Dan aku lagi nggak mau denger suara kamu sekarang.” “Tapi—” “Aku bilang JANGAN ganggu aku dulu!” potong Fabian tajam. “Aku lagi mumet mikirin Lyora dan keluarganya. Semua berantakan.” Klakson bersahut-sahutan di jalanan padat itu. Fabian memijat pelipisnya, mencoba meredakan sakit kepala yang sejak pagi tak kunjung hilang. Pikirannya kusut. Wajah Lyora terus terbayang di benaknya, dingin dan tak tersentuh. Ditambah lagi, keheningan dari keluarga Dirgantara membuatnya makin gila. Talita terdiam di seberang. Namun sebelum dia sempat membalas, suara Fabian kembali terdengar—lebih dingin. “Jangan bikin aku tambah marah. Aku akan hub