Fabian menjatuhkan ponselnya ke atas meja. Dadanya sesak. Napasnya pendek-pendek. Dia menekan dahinya, seperti ingin menghentikan denyut yang berdetak keras di pelipisnya. “Tidak... ini... semua mimpi buruk...” bisiknya. Dia berdiri, berjalan ke arah jendela, memandangi jalanan yang sibuk di bawah sana—Jakarta tetap sibuk, tetap bergerak, seolah tak peduli seorang Fabian Hartanto sedang dihancurkan pelan-pelan. Kemarin dia adalah pria sukses, calon menantu keluarga Dirgantara, pria yang dicintai wanita paling luar biasa yang pernah dikenalnya. Hari ini dia hanya seorang mantan, terlibat skandal, dan menjadi bahan tertawaan media. Dan dunia... tak menunggunya untuk pulih. *** Talita duduk di ujung sofa ruang tamunya yang sunyi. Tirai jendela tak ditarik, membiarkan cahaya panas menyo