Bab 122 Enggan Berpisah

1925 Kata

Tiga jam kemudian. Matahari mulai menanjak tinggi, dan Bandung terasa lebih hangat. Begitu kuliah selesai, Jenia berjalan keluar dengan wajah segar. Ia melihat ke sekeliling, mencari sosok yang dikenalnya. Tak lama, ia menemukan Farlan duduk di bangku taman kecil dekat area parkir, sedang sibuk menggulir ponsel. “Sudah lama nunggu?” Jenia mendekat, sedikit terengah setelah berjalan cepat. Farlan menutup bukunya. “Nggak terasa. Lagipula aku sempat ketiduran sebentar di mobil.” Jenia terkekeh, lalu duduk di sampingnya. “Kamu benar-benar serius menunggu. Aku kira kamu bakal jalan-jalan sendiri.” “Katanya tadi jangan pergi jauh-jauh.” Farlan menirukan ucapan Jenia dengan nada menggoda. Jenia terdiam sejenak, lalu tertawa kecil. “Kamu nurut banget ternyata.” “Harus gitu, sayang, biar k

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN