Namun, suara Wira saat berbicara terdengar dingin, berat, dan sangat terukur. “Selamat pagi, Tuan Sagara. Terima kasih atas kesabaran Anda. Namun, saya menelepon bukan untuk membicarakan jadwal penandatanganan.” Ada jeda sesaat. “Oh?” Tuan Sagara tertawa kecil, mencoba mengurai ketegangan. “Kalau begitu, mungkin ada detail teknis lain? Atau revisi kecil pada angka—” “Tidak.” Wira memotong, nada bicaranya tidak meninggi, tapi justru menekan dengan ketegasan yang sulit dibantah. “Saya ingin menyampaikan bahwa saya tidak bisa melanjutkan rencana kerja sama ini. Kontrak kita batal.” Hening. Hanya ada desis napas berat di seberang. “A—Apa maksud Anda, Pak Wira?” suara Tuan Sagara akhirnya pecah, sedikit tercekat. “Kita sudah sepakat, kita sudah sampai tahap final! Angka yang Anda dapatkan,

