Dua hari berikutnya di Busan berjalan seperti alunan musik yang lembut. Tidak gegap gempita, tapi punya ritmenya sendiri—perlahan, tenang, dan menyenangkan. Wira tetap berada di samping Lyora, terus bersamanya, dengan penuh kesabaran, sopan, dan tidak menuntut. Ia menyesuaikan langkah, tak pernah tergesa. Jika Lyora ingin duduk lebih lama di cafe sambil menyeruput ocha hangat, ia menunggu. Jika Lyora ingin membatalkan satu destinasi hanya karena mendadak ingin bersantai di taman tepi laut, ia tak bertanya kenapa. Hanya tersenyum dan ikut duduk, kadang mengeluarkan buku kecil dari tas selempangnya dan membaca. Siang itu, setelah menikmati makan siang di salah satu restoran terbaik, mereka kembali mengunjungi Pantai Haeundae. Menikmati pemandangan, udara segar beraroma laut dan pasir panta