Mereka lalu berjalan pelan menyusuri pantai, merasakan butir-butir pasir di kaki mereka. Tidak banyak kata yang diucapkan, hanya suara laut dan teriakan burung-burung camar yang melintas rendah. Tapi justru di keheningan itulah, kedekatan terasa begitu alami. Tidak dibuat-buat. Setelah hampir dua puluh menit berjalan santai, Wira menunjuk ke sebuah bangunan megah di kejauhan — The Bay 101. “Waktunya makan siang. Di sana. Tempatnya bagus, dan pemandangannya luar biasa.” Lyora mengangguk. Wira mengajak Lyora naik taxi yang terparkir di jalur dekat pantai. Satu hal yang membuat Lyora tertawa, sebelumnya dia mengira perjalanannya mungkin agak muter-muter, tapi ternyata begitu cepat mereka sudah sampai. “Kayaknya aku hanya beberapa kali berkedip, tahu-tahu aja udah sampai,” ujar Lyora ta