Bab 117 Kecurigaan Jenia

1860 Kata

Jenia mencebik kesal. Melihat bagaimana Farlan menerima telepon dari rumah sakit, dengan ekspresi cemas yang tak ditutup-tutupi, perasaan Jenia menjadi hambar. “Wanita itu penting banget kan buat kamu? Silakan kamu pergi aja.” Jenia berkata dingin. Sebagai dokter, naluri kemanusiaannya ikut tersentuh, mengingat ada seorang manusia yang sedang berjuang melawan sakit. Tapi sebagai wanita yang mencintai pria di hadapannya ini, rasa nyeri karena perasaan dikhianati lebih hebat, dan mengaburkan semua perasaan empati yang ia miliki. “Nggak, sayang. Kamu salah paham. Aku udah jelasin, aku hanya berusaha membantu karena dia salah satu kru dalam penerbanganku. That’s all, Honey..” Tatapan mereka bertemu—mata Jenia berusaha tetap keras, ada retakan halus yang sudah terlanjur muncul. Air mata k

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN