Lyora membalikkan badan, mencoba menenangkan dirinya, namun desiran hangat itu tidak mau hilang juga. Tangannya mencengkeram sisi jubah mandi yang dikenakannya, berusaha meredam gejolak dalam d@da. Ia menarik napas dalam-dalam, berusaha menepis pikiran-pikiran liar yang mulai melayang. ‘Wira… kenapa kamu sampai beresin perlengkapanku segala?’ batin Lyora penuh gejolak. Suara Wira terdengar samar dari ruang tamu. Ia sedang berbicara di telepon. Suaranya rendah, datar, namun terdengar jelas tegas dan profesional. “Ya, Dan. Pastikan bahan bangunan tahap dua tidak delay. Kita harus jaga ritme konstruksi hotel yang di Bali juga. Hmm… iya, kamu bisa follow-up ke vendor kemarin. Nggak bisa nunggu lama.” Lyora berdiri terpaku, mendengarkan sejenak. Dia termangu beberapa detik di depan lemari