“Aku mencintaimu, Eneng,” bisik Wira seraya menegakkan punggung dan memeluk Lyora erat. “Aku juga mencintaimu, Mas Wira…” Lyora membalas dengan ucapan tulus dan senyum kecil. Melihatnya seperti ini, Wira serasa ingin selamanya memeluknya. Dia menempelkan dagu di pundak Lyora, merasa damai memeluknya seperti ini. “Jangan terlalu capek, sayang,” bisik Wira dengan suara rendah penuh ketulusan. “Kamu sudah sibuk dengan perusahaanmu sendiri, tapi masih mau mengurus semua detail untukku. Aku nggak mau kamu kelelahan.” Lyora terdiam sejenak, membiarkan kehangatan itu meresap. Ia mengusap tangan Wira yang melingkar di pinggangnya. “Aku nggak capek, kok. Justru ini bikin aku tenang. Aku tahu semua sudah terkontrol, dan kamu bisa fokus dengan semua agenda yang sudah direncanakan tanpa harus bin

