Talita masuk ke kamar dan menghempaskan bokongnya di ujung tempat tidur. Tubuhnya terasa lemas sekarang, setelah dia sampai pada satu kesadaran bahwa sekarang dia sendirian. Hatinya berpikir untuk menyerah, tapi sisi hatinya yang lain menolak. Tidak! Dia tidak akan berhenti begitu saja. Dia bisa mencoba lagi. Berpikir begitu, Talita terus berusaha menekan nomor Rivaldi, walaupun jawaban dari mesin penjawab tetap sama. Ponsel di tangannya sudah berulang kali dia tekan, tapi itu tidak menyurutkan semangatnya. Dia sangat membutuhkan pria itu sekarang. Layar gelap menyala, menampilkan nama “Rivaldi” yang kini terasa begitu asing dan jauh. Nada sambung yang biasa terdengar kini tak lagi muncul—langsung mati. Untuk kesekian kalinya, dia mencobanya kembali. Tak ada jawaban. Sama seperti

