Layar laptop masih menyala, terus menampilkan foto-foto prewedding mereka. Sebuah momen yang sederhana tapi terasa begitu dalam. Pandangan Wira kembali fokus pada satu foto yang sedang ditampilkan. Di foto itu, Lyora tertawa kecil, jemarinya menggenggam lengannya, sementara tatapan mata mereka bertemu — seolah dunia di sekeliling tidak ada. Wira menatap foto itu lama, jemarinya mengusap permukaan layar laptop pelan-pelan. Senyum kecil menghiasi bibirnya, begitu lembut. ‘Ya Allah... dia benar-benar akan jadi istriku.’ ujarnya dalam hati, penuh rasa haru dan takjub. Wira menghembuskan napas pelan. Ingatannya terbang jauh ke masa kecil, ke masa-masa yang perlahan mengabur oleh waktu tapi tak pernah benar-benar hilang. Ia kembali melihat gadis kecil yang menangis di sudut taman sekolah, d