107:RAIN-MENGERTI TANPA HARUS BICARA

1803 Kata

Minggu pagi, sekitar pukul delapan. Belum lama beres mandi setelah jalan kaki ngitarin taman komplek. “Bee, aku gendut ya?” Gue yang lagi fokus nyicil paperwork otomatis mengalihkan pandangan ke ia yang tengah memberengut di depan standing mirror. Malah ngekek dong gue, istri akoh tuh lucu sekali! “Malah ketawa ih!” omelnya kemudian. “Iya, nduth. Kenapa emangnya?” “Banget?” “Wajar untuk ukuran bumil,” jawab gue lagi. “Takut susah nuruninnya lagi nanti, bee.” “Nurunin?” “Iya. Kalau naiknya kebanyakan, nanti nuruninnya susah ceunah.” “Kalau basic-nya ‘ceunah’ ngapain sih dipusingin? Faktanya, ibu yang baru melahirkan tuh bobotnya turun dengan cepat, hunny bunny sweety darling! Ngga usah mikir macem-macemlah.” “Bee?” “Hmm?” “Kamu kenapa sih panjang-panjang banget kalau ngomong s

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN