“Astaghfirullah!” Aku terkekeh. Rain mengusap-usap dadanya dengan ekspresi shock dan helaan napas panjang. Salahku sih yang diam saja sedari tadi di belakangnya. Habisnya, mau menegur kok sepertinya serius sekali dengan Mas Ara di sambungan telpon. Kudekati ia, melingkarkan kedua tanganku di tubuhnya, kemudian berjinjit dan melekatkan bibir kami. “Kang Hujan nyimpan rahasia apa?” tanyaku kemudian. Rain terkekeh lalu mencubit gemas puncak hidungku. “Ngga kok, bear. Ini baru mau balik ke deck, mau cerita,” jawabnya. “Sudah dapat info dari Mas Ara ya?” “Iya. Mas Ara juga ngirim data. Mau aku cek dulu.” “Oke.” “Mmm … pada buru-buru ngga ya?” “Kayaknya ngga. Butuh teman tukar pikiran?” “Iya, bear.” “Gitu dong, bee! Makin kasep deh!” Rain menyisipkan jemarinya di antara helaian sura