"Em......jalan yuk habis ini."
"Kemana?"
"Kemana aja biar fresh fikiran gue nggak suntuk."
"Oke, ada cafe baru yang sedang opening hari ini, gimana kalau kita kesana?"
"Ish kayaknya elo sekarang lebih update dari gue Em, gue acungin jempol buat orang yang bikin elo jadi Keren gini."
"Bisa aja Lo, gimana mau nggak?"
"Oke, habis dinas ini kita langsung berangkat, kita mandi aja di sini nggak usah pulang. Gue telepon mama dulu ya Em," Nessa menelpon mamanya untuk minta izin akan pulang malam, mamanya memperbolehkan tetapi Jam 11 malam harus sudah pulang dan berada di rumah.
"Siap, kita pake mobil gue aja ya?" Tawar Emma pada Nessa.
"Enggak enggak, bisa bisa besok kita baru nyampai tuh cafe Em, naik motor gue aja."
"Ya udah terserah Lo, gue ngikut aja. Biar mobil gue disini aja."
Tepat jam 5 mereka sudah selesai berdinas, keduanya mandi di kamar mandi khusus dokter wanita yang disediakan rumah sakit. Setelah selesai mereka berjalan menuju area parkir, saat keduanya berjalan di area parkir panggilan dari seseorang menghentikan langkahnya.
"Echa.......tunggu......."
Nessa dan emma berhenti, tapi Nessa tak langsung membalikkan badannya. Ia ingat betul suara siapa yang memanggilnya, dan panggilan itu panggilan yang paling tak ingin dia dengar saat ini atau sampai kapanpun.
"Hai Ga........," Sapa Emma.
"Hai Em, apa kabar?"
"Baik......"
"Cha. ........????"
Nessa berbalik menghadap ke Arga dengan malas.
"Arga putra Wijaya, tolong hentikan memanggil gue seperti itu, gue nggak suka!!"
"Tapi itu kan panggilan sayang aku sama kamu."
Nessa menghembuskan nafasnya kasar.
"Please Ga forget it, kita tidak ada hubungan apa apa lagi."
"Tapi......."
"Yuk Em kita pergi", ucap Nessa sambil menarik tangan Emma dan meninggalkan Arga.
Arga hanya terpaku di tempatnya.
"Aku tahu aku pernah menyakitimu Cha, tapi aku sadar selama pisah dari kamu hanya kamu yang ada di hati dan fikiranku. Aku akan berjuang mendapatkan hatimu lagi," batin Arga
Nessa membonceng Emma dengan motor sport miliknya dengan kecepatan tinggi membelah jalanan, satu jam kemudian ia dan Emma sudah sampai di tempat yang dituju. Sebuah cafe yang baru opening dengan nama cafe Andhara, dengan pernik pernik unik dengan dekorasi ala India. Nessa berfikir makanannya juga ala India tapi saat ia melihat menu ternyata tetap makanan Indonesia dan internasional food.
Nessa dan Emma memesan steik untuk main coursenya dan minumannya mereka pesan jus stroberi, sambil menikmati makannya Nessa memperhatikan ornamen yang ada di cafe ini, mewah dan berkelas. Dengan lantunan lagu India yang slow maupun yang rancak.
"Elo mah dari dulu suka film dan lagu India makanya tau aja ada cafe model gini."
"Hehehe piss Ness."
Nessa pura pura manyun, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut cafe dan melihat seseorang yang paling ingin dihindarinya, Arga berada disudut lain cafe.
"Em, Lo kasih tau dia kita akan kesini??" Ucap Nessa dagunya menunjuk ke arah dimana Arga berada."
"Siapa?" Tanya Emma sambil melihat ke arah yang Nessa tunjuk.
"Arga........kok dia juga ada disini?"
"Gue nanya elo balik nanya sih Em!"
"Swear deh Ness gue ngga kasih tahu dia."
"Ya udahlah terserah dia mau kemana juga, pokoknya kalau dia kesini gue pulang," ancam Nessa
"Iya iya."
Oooo----oooO
Tristan duduk di sebelah mamanya, hari ini adalah pembukaan cafe baru miliknya yang ia percayakan pada salah satu anak buahnya untuk dikelola. Ia berada di meja VVIP dengan mamanya, mereka berhadapan dengan 3 orang lainnya, sepasang suami istri dan putrinya.
"Pembukaan cafe rame ya nak Tristan," ucap si ibu Tersebut.
"Ya lumayan lah Tante," jawab Tristan
"Oh ya kenalkan ini anak Tante."
"Milla.....," Ucap gadis itu sambil mengulurkan tangannya pada Tristan.
"Tristan...." Tristan menjabat tangan gadis itu.
"Milla cantik ya Tan?" tanya Bu Nadin pada Tristan, yang di tanya hanya diam, ia sudah tahu tujuan mamanya mengundang temannya sekeluarga di pembukaan cafe barunya ini, tapi ia diam karena tak ingin membuat mamanya bersedih kalau ia menolak diperkenalkan dengan Milla. Mereka berlima terlibat pembicaraan, tentang Tristan dan Milla.
"Milla ini lulusan Oxford university loh Tan," puji Bu Nadin
"Jurusan apa?" Tanya Tristan
"Kedokteran gigi."
"Wah cocok banget, Tristan ini pemegang saham terbesar di Mutiara hospital loh Mil, mungkin bisa bantuin nak Milla masuk sana," ucap Bu Nadin.
"Beneran jeng, emang Milla lagi kirim beberapa apply ke beberapa hospital di Jakarta tapi belum ada panggilan," ucap ibunya Milla senang
"Gimana Tan?" Tanya Bu Nadin.
"Iya nanti Tristan bilang sama kepala rumah sakit tentang Milla,"
"Makasih ya nak Tristan."
"Iya Tante, say permisi sebentar ke toilet," pamit Tristan, tanpa mendengar persetujuan, Tristan beranjak dari duduknya dan berjalan menuju toilet.
Nessa keluar dari ladies room cafe Andhara tapi ia terkejut karena Arga sudah berada di depan toilet wanita bersandar di dinding.
"Arga...," Gumam Nessa tapi ia berjalan tanpa memperdulikan Arga tapi Arga memegang tangannya sehingga membuat Nessa menghentikan langkahnya.
"Aku mau ngomong sebentar Cha."
"Please Ga, jangan panggil aku seperti itu, aku nggak suka."
"Tapi aku sudah terbiasa memanggil kamu dengan nama itu, please Cha beri aku kesempatan kedua."
"Kesempatan kedua kamu bilang, sorry Ga gue nggak bisa, perselingkuhan adalah sesuatu yang paling aku benci dalam hidup ini."
"Tapi waktu itu aku khilaf Cha."
"Sudahlah Ga lupain aku, kamu cari aja pacar baru."
"Nggak, aku nggak mau. Aku maunya kamu," ucap Arga sambil mempererat pegangan tangannya pada Nessa.
"Lepasin Ga sakit......"
"Nggak sebelum kamu memberikan kesempatan kedua padaku."
Nessa mencoba melepaskan tangannya yang di cengkeram Arga tapi sulit karena Arga sama dengannya, Arga juga pemegang sabuk hitam karate bahkan dulu mereka naik tingkat bersama. Ia tak bisa membuat keributan di cafe orang karena masalah sepele.
"Lepaskan dia....," ucap seseorang dibelakang mereka membuat Nessa dan Arga menoleh bersamaan. Mata Nessa membola melihat siapa yang berada dihadapannya, dia adalah Tristan
"Apa urusan kamu, jangan suka ikut campur."
"Saya harus ikut campur disini, saya tidak suka ada laki laki yang kasar pada wanita," ucap Tristan tegas
"Apa hebatnya pria kalau hanya untuk menyakiti wanita," ejek Tristan membuat Arga melepaskan pegangannya pada Nessa dan pergi meninggalkan Nessa dan Tristan.
Nessa dan Tristan kikuk bertemu dalam situasi seperti ini.
"Ness, kirain lo kenapa napa lama banget ke toiletnya," ucap Emma yang menyusul Nessa ke toilet.
"Eh pak Tristan ada disini juga pak, permisi pak," pamit Emma yang menarik tangan Nessa pergi meninggalkan Tristan, Tristan termangu, ia mendengar semua pembicaraan Nessa dan Arga tadi yang membuatnya berfikir setiap orang punya masalalu dan harus move on, tidak terus memikirkan masa dimana rasa sakit itu dan terus hidup dengan rasa sakit itu sendiri.
Oooo----oooO
Nessa berbaring dikamarnya, jam 11 malam ia sudah berada di kamarnya, sesuai aturan keluarga bahwa setiap anggota keluarga harus pulang paling lambat jam 11 malam bukan hanya Nessa bahkan mama dan papanya juga harus begitu.
Fikirannya melayang pada kejadian beberapa jam lalu di depan toilet wanita, seorang Tristan Rajendra Aryasatya membela perempuan. Berbeda dengan orang yang bertengkar dengannya tentang materi dan uang beberapa hari lalu yang memojokkan perempuan dan menjugde kalau semua wanita itu materialistis.
"Aaagggghhhhh..... ngapain juga gue mikirin tuh orang," ucap Nessa sambil berusaha memejamkan matanya untuk tidur karena besok ia dinas pagi.
Lynagabrielangga