bc

Sepupu tapi Khilaf

book_age18+
1.1K
IKUTI
12.3K
BACA
forbidden
family
HE
kickass heroine
stepfather
drama
sweet
bxg
lighthearted
kicking
city
friends with benefits
like
intro-logo
Uraian

WARNING 21+ (MENGANDUNG KONTEN DEWASA)

“Ja-jangan Kak, ini salah,” lirih Bina.

Gerakan mundur Bina harus terhenti saat punggungnya menyentuh dinding. Sebaliknya, langkah Niko justru terus maju, mendekat dan merapat hingga jarak di antara mereka nyaris lenyap.

“Di mana letak salahnya? Kita bukan lagi selingkuh, Bin.”

“Tapi kalau orangtua kita tahu—” Ucapan Bina terhenti saat Niko membungkam bibirnya dengan ciuman yang tak bisa ditolak.

Saat Bina refleks memejamkan matanya, detik itu juga Niko sadar mereka sebenarnya saling mendambakan. Pria itu terus menelusuri setiap detail bibir Bina yang merah menggoda. Ciuman yang nikmat itu perlahan tapi pasti membawa mereka ke arah yang lebih jauh. Sangat jauh. Terlalu jauh.

Tunggu, memangnya boleh begini? Bolehkah ‘melakukannya’ padahal mereka adalah saudara?

____

Ini tentang Tsabina Elvania (26 tahun) yang diam-diam menyimpan rasa pada sepupunya, Niko Bagaskara (29 tahun). Meskipun tinggal di bawah atap yang sama, Niko begitu dingin, sementara Bina terlalu ragu untuk menembus keheningan di antara mereka.

Sebuah kejadian tak terduga mengubah segalanya. Ciuman yang tak direncanakan, tak seharusnya, tapi juga tak bisa diingkari. Dalam sekejap, jarak bertahun-tahun runtuh dan berganti menjadi kebingungan, rasa bersalah serta hasrat yang tak semestinya.

Seiring keduanya sadar bahwa hubungan mereka terlarang karena terhalang restu keluarga … hasrat yang muncul untuk berbuat khilaf justru makin bergelora.

Bagaimana ini?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1 - Hasrat Sepupuku
“Bro, terserah mau percaya atau nggak, tapi Velia bawa masuk cowok ke kamar kosannya!” Hanya satu kalimat saja, berhasil membuat Niko mengemudikan motor besarnya dengan sangat cepat, menembus malam tanpa peduli kalau hujan turun se-deras-derasnya. Pria yang tahun ini genap 29 tahun itu ingin membuktikan sendiri, benarkah wanita yang selama empat tahun menjalin hubungan dengannya sungguh tega bermain api di belakangnya? Hujan semakin deras saat Niko memarkirkan motornya di parkiran rumah indekos yang Velia tempati. Tak peduli tubuh yang basah kuyup, Niko langsung mendekat ke arah pintu kamar sang pacar. Sepasang sandal pria seolah menjadi alasan tambahan kalau Niko tak bisa denial. Tentu saja pintu kamar Velia dalam keadaan terkunci. Namun, Niko tahu bagaimana cara membuka pintu kamar sang pacar sekalipun terkunci. Sambil membuka pintunya, Niko baru menyadari hujan deras dan petir yang bergemuruh adalah cara Tuhan agar ia bisa membuka pintu kamar tanpa terdengar oleh siapa pun yang ada di dalam sana. Bagaimana tidak, suaranya berhasil tersamarkan. Sampai akhirnya, pintu berhasil dibuka. Niko disambut dengan pakaian wanita dan pria yang berserakan di lantai. Ada botol minuman beralkohol serta bungkus camilan yang juga berantakan di meja. Niko merasakan sesak, seperti ada yang menekan rongga dadanya saat kakinya mulai mendekat ke arah pintu kamar yang tidak tertutup rapat, pelan-pelan mengintip ke arah dalam. Di tempatnya berdiri, Niko menyaksikan tubuh kekasihnya yang tanpa busana berada dalam kungkungan pria yang bukan dirinya. Napasnya tercekat. Suara desahan itu … jelas untuk pria yang saat ini menikmati aktivitas panas mereka. Jangan ditanya bagaimana perasaan Niko. Dunianya seakan runtuh seketika. Wanita yang sedang ia perjuangkan untuk menjadi istrinya, wanita yang sudah ia ikat dengan cincin lamaran di jari manisnya … kini mendesah untuk pria lain. “Aww, bisakah kamu pelan-pelan?” “Ini udah pelan-pelan loh,” balas pria yang baru saja selesai mengatur ritme yang pas untuk aktivitas panas mereka di ranjang yang menjadi saksi betapa hasrat mereka semakin menggila. “Nah, bagus. Ahh….” Setelah itu, desahan dan erangan serta kata-kata vulgar yang mereka ucapkan bersahutan seolah menjadi saksi betapa nikmatnya permainan panas yang saat ini mereka lakukan. “Lebih hebat mana coba, Niko atau aku?” tanya si pria. “Ahhh, sempat-sempatnya kamu bertanya soal itu saat kita lagi begini?” “Jawab aja. Lebih hot aku atau pacarmu? Ups, bahkan Niko itu calon suamimu,” ucap si pria, dengan masih mempertahankan ritme yang membuat mereka sama-sama nyaman dan tentu saja nikmat. “Kamu nggak akan percaya kalau aku belum pernah ena-ena sama Niko.” “Serius? Aku beneran nggak percaya loh. Empat tahun pacaran ngapain aja kalian?” “Dia bukan tipe pria yang nakal kayak kamu. Udahlah, kalau sekarang boleh percepat. Jangan biarkan aku hampir gila.” Setelah itu, sang pria mempercepat gerakannya, membuat wanita di bawahnya menjerit bukan karena sakit, melainkan seolah dihujani rasa nikmat yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. BRAKKK! Niko menendang pintu kamar dengan sangat keras. Dadanya naik-turun, tatapannya penuh amarah. Velia bersama selingkuhannya spontan menoleh ke arah pintu dan tentu saja kaget dengan kedatangan Niko. Hanya saja, dua insan yang sedang memadu kasih itu tidak serta merta mengakhiri permainan begitu saja. Terlebih sedang tanggung-tanggungnya lantaran sama-sama hampir mencapai klimaks yang mereka inginkan. “Ahh, tanggung banget kalau kita udahan. Aku bunuh kamu kalau berhenti sebelum waktunya,” ucap Velia seperti orang tidak punya dosa. “Sebelum kamu membunuhku, pacarmu udah bunuh aku duluan, Vel. Ahh....” Melihat itu, Niko semakin jijik. Ia membuka helm dan membantingnya ke lantai. “Kalian gila?!” Pas sekali. Mereka sama-sama telah mencapai puncaknya saat Niko melayangkan tinjuan pada pria yang baru saja berhubungan badan dengan kekasihnya. Bahkan, tangan Niko sampai bergetar. Velia segera menghalangi Niko yang akan kembali melayangkan tinjuan kedua pada pria selingkuhannya. “Pergi sekarang! Cepetan!” teriak Velia. Terbirit-b***t, pria selingkuhan Velia segera keluar dan dengan cepat memunguti pakaiannya, memakainya sembarangan lalu kabur. Sedangkan Niko, saat ini mengambil selimut untuk menutupi tubuh polos wanita yang rencananya akan ia nikahi tahun depan. “Sayang, aku memang nggak bisa menjelaskan apa pun. Aku akui aku salah dan maaf banget. Aku khilaf, tapi satu yang pasti … aku cintanya sama kamu,” ucap Velia, tepat setelah tubuhnya dibalut selimut. Niko tidak menjawab. Ia malah terduduk di lantai, tubuhnya bersandar pada dinding. Pria itu … seolah telah kehilangan energinya. Rasa sesak di hatinya benar-benar tak tertolong. “Aku janji begini sebelum kita nikah aja. Setelah kita nikah, nakalku berhenti. Jadi biarkan aku nakal sepuasnya dulu sebelum benar-benar menjadi milikmu seutuhnya,” kata wanita itu lagi. “Kita putus. Kamu pikir kita bakalan jadi nikah setelah kejadian ini? Enggak. Kita nggak jadi nikah,” ucap Niko. Nada kekecewaan sangat terasa dari setiap kata yang diucapkannya. “Lamaranku dua bulan yang lalu, aku batalkan. Beraninya kamu telanjang dengan pria lain sambil memakai cincin dariku.” Niko kembali berbicara, “Empat tahun. Bisa-bisanya aku nggak tahu kalau kamu se-menjijikkan ini.” Tanpa ragu, Velia membuka selimut yang semula menutupi tubuh polosnya. Ia sengaja memperlihatkan tubuh telanjangnya sambil memosisikan diri duduk di pangkuan Niko. Bahkan, tangannya dengan berani membimbing tangan Niko. “Mau coba melakukannya sama aku? Anggap aja permintaan maaf—” “Sial. Entah perempuan macam apa yang sempat ingin aku nikahi ini? Rupanya aku nggak benar-benar mengenalmu.” Niko dengan jijik mendorong Velia. Setelah itu, ia segera mengambil helm-nya. “Jangan hubungi aku lagi. Kita selesai sampai di sini.” “Ah, ayolah, Sayang. Aku yakin milikmu di bawah sana udah mengeras. Kamu belum pernah coba, kan? Sekarang cobalah, kamu harus tahu betapa nikmatnya berhubungan intim.” “Dengar ya Velia, aku nggak nafsu sama kamu.” Niko kemudian benar-benar pergi. Velia sempat menahannya sekali lagi, tapi gagal. Niko adalah pria yang sangat bucin pada kekasihnya, tapi pengkhianatan yang sangat fatal ini … tak bisa diberikan toleransi. Mulai malam ini Velia bukan kekasihnya apalagi calon istrinya. Semuanya berakhir sudah. *** “Ibu maaf, tadi aku nggak jawab teleponnya karena lagi mandi,” ucap Bina pada ibunya di seberang telepon sana. Ia memang baru selesai mandi bahkan masih memakai bathrobe karena memutuskan menelepon balik sang ibu agar tidak khawatir. “Jam segini kamu baru mandi?” “Aku tadi habis ada acara makan malam di kantor, Bu. Ada temen yang ulang tahun, terus sekalian ke karaoke gitu. Jadi baru pulang dan nggak bisa kalau langsung tidur tanpa mandi,” jelas Bina. “Ibu gimana acaranya di sana?” “Lancar, kok. Kami semua pulangnya Senin ya, Bina.” Ibu dan ayah Bina memang sedang ke luar kota untuk menghadiri acara pernikahan kerabat kakek dan nenek Bina. Bukan hanya berdua, tante dan om Bina pun ikut. Dalam kata lain, mereka berangkat berempat. Bina tak bisa ikut karena bekerja, begitu juga dengan Niko—anak tante dan om-nya yang punya urusan sehingga sama seperti Bina tak bisa ikut. “Ya udah sana tidur, udah malam. Jangan lupa kunci pintu depan. Niko udah pulang, kan?” “Mana aku tahu?” jawab Bina. “Tapi kayaknya aku nggak lihat motornya deh. Mungkin belum pulang, atau memang nggak pulang.” “Anak itu. Disuruh jagain kamu malah kelayaban.” “Bu, aku udah dewasa. Ngapain dijagain?” “Ya udah ibu tutup ya, Bina. Selamat istirahat.” “Jangan lupa oleh-olehnya ya, Bu Selin.” Ibunya terkekeh. “Tenang aja.” Setelah sambungan telepon terputus, Bina meletakkan ponselnya di atas tempat tidur. Baru saja mengambil setelan tidurnya di lemari, terdengar suara pintu yang diketuk secara brutal. Ah, itu lebih terdengar seperti gedoran tamu tak diundang yang ingin melabrak tuan rumah. Bina penasaran tapi tetap waspada sehingga tidak mau langsung membuka pintunya. Ia hanya mengintip melalui jendela ruang tamu, tampak sebuah mobil pergi dengan terburu-buru. Untuk pertama kalinya, Bina merasa takut sendirian. Kira-kira siapa yang ada di dalam mobil tadi? Kenapa menggedor-gedor pintu? Sampai kemudian, Bina menyadari sesuatu. Seorang pria yang Bina yakini adalah Niko tampak berbaring di lantai teras. Sepupunya itu dalam keadaan berbaring meringkuk. Detik berikutnya Bina mulai paham, kemungkinan mobil tadi mengantar Niko pulang dan sengaja menggedor-gedor pintu agar penghuni rumah melihat ke luar. Dengan cepat, Bina membuka pintu lalu membantu Niko masuk. Tentu bukan pekerjaan yang mudah mengingat tubuh Bina kecil sedangkan Niko tinggi dan besar. Namun, Bina berusaha tanpa menyerah sampai akhirnya ia berhasil memapah Niko yang setengah sadar dan masih bisa diajak bicara. “Astaga. Kak Niko berat banget,” gumam Bina sambil mendorong tubuh Niko ke sofa, spontan tubuh Bina ikut terbawa dan mendarat di sofa. Bahayanya … ia mendarat di posisi bawah sedangkan Niko di atas tubuhnya. “Bangun, Kak. Ini berat, ya ampun,” ucap Bina yang masih belum berpikir ke arah yang tidak-tidak. Dalam posisi seperti ini, mana mungkin Bina bisa beranjak? Sayangnya Niko malah tetap pada posisinya alih-alih membebaskan sang sepupu dari kungkungannya. Tiba-tiba Bina merasakan aroma alkohol yang semakin menyengat saat wajah Niko mendekat. Dalam satu tarikan pelan, Niko menarik tali pada bathrobe yang Bina kenakan, membuat benda yang menutupi tubuh sepupunya itu seolah menganga dan terbuka, hingga memperlihatkan sesuatu yang tidak seharusnya dilihat. Detik itu juga … Bina mulai menyadari adanya bahaya besar di depan matanya. Tatapan sepupunya sangat jelas penuh hasrat. “Kak—”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TERNODA

read
196.3K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
184.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
25.2K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
231.9K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
21.6K
bc

My Secret Little Wife

read
129.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook