Sherina menatap Vasco dengan sedikit emosi. Mengingat betapa manisnya ia memperlakukan wanita tadi. Mengibaskan tangannya kasar hingga terlepas dari genggaman Vasco. “Aku nggak suka di khianati, walau aku terlahir karna sebuah pengkhianatan.” Jelasnya dengan tatapan penuh kecewa. Kembali Vasco menarik tangan Sherina, tak akan mengijinkan gadisnya pergi sebelum ia tau kesalahannya. “Yaang, kalo aku bikin salah, kamu bisa jelasin ke aku. Kamu bisa tegur aku, agar aku tau. Aku nggak suka di giniin.” Protesnya. Sherina menatapnya penuh kecewa. “Jadi ... kamu beneran nggak mau jelasin sesuatu?” Vasco geleng kepala. “Aku nggak tau apa-apa, aku mau jelasin apa?” Sherina tambah kesal, wajah marahnya nggak enak banget dilihat. Menatap kelain arah, lalu memainkan kaki kekiri kanan. “Ayok.”