“Udah ah, yaang, jan ngerasa bersalah gitu. Ini pilihanku, memang ada sangkut pautnya sama kamu. Tapi buat aku, harta itu sama sekali nggak penting. Yang terpenting aku bisa bahagia sama kamu.” Setelah penjelasan Vasco tentang isi perjanjian itu, Sherina merasa sangat tak enak hati. Bahagia tentunya, karna sangat disepesialkan. Sampai Vasco tak mempedulikan peninggalan oppanya. Tak enak juga sama Bobby, karna dia juga harus kehilangan pekerjaannya. “Yaang,” lirih Vasco, mencium pipi Sherina lembut. “Vas, aku nggak enak sama papi kamu.” Kembali ia menghela nafas tak nyaman. Senyum Vasco mengembang. “Kata papi sih ... kebahagiaanku itu kebahagiaannya juga. Jadi ... apa yang bikin aku bahagia, papi akan dukung. Ya, sekalipun harus lepasin Bagaskara Crop.” Sherina memeluk pinggang Vasco