“Tensinya normal, lukanya juga sudah mengering. Tinggal pemulihan tulangnya yang patah.” Tutur dokter. Andra ngangguk tanpa ekspresi. Pikirannya tertuju pada Resti yang sejak ia sadar tak pernah mengunjunginya. Ia tau seberapa sayang Resti padanya. Bahkan papanya juga tak datang untuk sekedar melihat. “Kalo begitu, kami permisi ya. Setelah minum obat, akan lebih baik jika digunakan istirahat.” Kembali Andra ngangguk dengan bibir yang sedikit terangkat keatas. Menyandarkan tubuh kedinding setelah dokter dan asistennya keluar dari ruangan. Diam menerawang jauh, memikirkan kemungkinan yang terjadi pada mamanya. Ceklek! Suara gagang pintu yang diputar itu mengalihkan Andra. Sherina masuk dengan menenteng tas kecil. “Gue bantu lap tubuh lo.” Ucapnya, ngambil panci di lemari samping ranja