Di dalam kamarnya, ada rasa bersalah di dalam hati Aya, karena mengabaikan panggilan Rahman. Tapi itu yang terbaik menurutnya. Aya ingin meminimalisir pertemuan dengan Rahman. Ia yakin pasti bisa. Karena biasanya mereka hanya bertemu saat sarapan pagi. Sore, saat Aman baru pulang bekerja, dan saat malam saja. Ia ingin menghindari pertemuan selain di meja makan. Aya sadar, ia harus konsisten pada keputusannya, yang sudah menerima lamaran Adit. Aya menatap Rahmi yang masih tertidur pulas. Perlahan Aya naik ke atas ranjang. Air mata tak bisa ia bendung, ia kembali menangis. Berpisah dengan Rahmi akan menjadi hal terberat di dalam hidupnya. Sejak ibunya meninggal, Aya sudah ikut membantu mengurus Rahmi. Memandikan, berpakaian, menyuapi makan, membuatkan s**u, bermain, juga menidurkan Rahmi