Bab 7. Gangguan Yang Membakar

1354 Kata
“Ibu!” “Emmp ....” Devan langsung membekap mulut Anna yang menjawab panggilan istrinya itu dengan sedikit berteriak. Devan takut istrinya itu akan mendengar suara Anna tadi yang mungkin bisa saja membawa istrinya naik ke lantai 2. Anna yang merasa baru saja melakukan kesalahan menjadi tidak enak sendiri pada Devan. Dia langsung menganggukkan kepalanya berulang kali untuk memberitahu Devan kalau dia mengerti maksud Devan membungkam mulutnya saat ini. “Maaf Pak, maafin saya,” ucap Anna dengan tatapan penuh penyesalan. “Udah sekarang kamu cepat pakai baju kamu yang bener, terus lupakan yang tadi kita lakukan. Saya mau turun ke bawah untuk nemuin Kinan dan kamu tetap di sini aja. Ngerti kamu?” Devan memberikan instruksi pada Anna. “Iya Pak, saya ngerti dan saya bakal diam tentang hal ini. Udah buruan sana Pak, nanti ibu malah curiga kalo Bapak gak turun-turun,” ucap Anna yang juga langsung pada turun dari atas ranjang untuk mengambil pakaiannya yang dia simpan di lemari milik Rafa. Devan yang memakai pakaian kantor sejak tadi segera merapikan pakaiannya agar tidak tampak kusut. Devan akan segera turun menemui istrinya yang sudah ada di bawah agar istrinya tidak curiga karena menunggu terlalu lama. “Ma, kamu udah pulang?” sapa Devan ketika dia turun dari lantai atas. “Iya, kamu kok masih pake baju kerja, masih barusan dateng ya, Pa?” tanya Kinanti sambil melihat ke arah suaminya. “Iya aku baru dateng. Baru aja aku masuk kamar kok aku dengar suara kamu, jadi aku langsung turun deh,” jawab Devan sambil berjalan menuju ke sofa. “Tapi jarak kamu turun sama aku panggil tadi beda agak jauh, Pa. Emang kamu lagi ngapain di kamar?” tanya Kinanti berpura-pura peduli dan cemburu. “Baru aja dan baru buanget rebahan tadi tuh trus tiba-tiba dengar suara kamu. Aku lama itu bukan karena aku malas turun atau lagi ngerjain sesuatu tapi aku agak gak percaya aja sih kamu pulang sore. Padahal udah lama banget kan kita gak pernah kumpul sore kayak gini,” ucap Devan yang segera duduk di samping istrinya lalu menguruskan tangan kirinya di belakang punggung. “Ya aku kan udah janji pulang cepat. Lagian badanku masih capek banget karena tadi pagi kan aku langsung ke kantor, jadi gak sempet istirahat. Kita ke atas yuk, aku pengen lihat Rafa,” Kinanti mengajak suaminya untuk melihat buah hati mereka. “Nah gini dong, Ma. Kalau kamu juga perhatian sama Rafa dan sama aku, kan aku gak akan mungkin marah sama kamu kayak tadi pagi. Yuk kita ke atas, aku tadi udah nengok Rafa sih dan dia masih tidur, gak tau sekarang masih tidur apa gak.” “Iya Pa, aku bakal berusaha buat perbaiki hubungan kita.” Devan dan Kinanti segera naik bersama ke lantai 2. Mereka segera menuju ke kamar Rafa buah hati mereka berdua saat ini. Devan berharap Anna sudah berpakaian normal seperti yang biasanya Kinanti lihat saat dia dan istrinya itu masuk ke dalam kamar anak mereka. “Eh ibu, bapak, ini si adek baru bangun. Lagi mau saya kasih s**u,” ucap Anna sambil membawa botol s**u yang baru saja dia panaskan setelah disimpan dari dalam freezer. “Biar saya aja yang susuin, kamu ambil kotak penyimpan asi saya di bawah ya, terus kamu simpan asi-nya langsung,” Kinanti memberikan perintah kepada Anna dan segera mendatangi Rafa yang masih terbaring sambil bergerak-gerak sedikit di atas kasur. “Oh iya, Bu. Kalau gitu saya simpan dulu susunya ini ya,” jawab Anna yang kemudian segera kembali ke arah freezer yang ada di kamar Rafa. Kinanti segera mengambil tisu basah lalu ikut berbaring bersama dengan Rafa di atas tempat tidur. Dia membuka kancing kemejanya kemudian mengelap buah dadanya dengan tisu basah sebelum dia sodorkan pada putranya. Ini semua dilakukan Kinanti agar Devan kembali tidak cerewet kepadanya kalau nanti dia akan pergi bersama dengan Bastian lagi. Devan masih berdiri di dekat tempat tidur sambil melihat ke arah Kinanti yang mulai menyusui Rafa. Devan tiba-tiba sedikit tersentak ketika dia merasa ada seseorang yang mencubit bokongnya. Ekor mata Devan menangkap Anna yang sudah jalan meninggalkan kamar sambil tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya pada Devan. Tampaknya pengasuh putranya itu masih ingin mendapatkan godaan seperti tadi darinya. “Ma, aku ke sebelah dulu ya. Badanku gerah banget, pengen mandi,” ucap Devan berpura-pura pada Kinanti. “Iya Pa, kamu mandi aja dulu. Nanti habis itu kita makan malam bareng ya,” ucap Kinanti tanpa melihat ke arah suaminya karena dia tidak ingin putranya tersedak. “Ya udah deh kalau gitu aku panasin lauk yang dimasak Mbok Darmi tadi dulu deh, biar habis ini kita bisa langsung makan.” “Iya ... maaf ya Pa, aku gak bisa bantuin.” “Gak papa, udah santai aja. Uang penting susuin Rafa sampai kenyang.” Devan segera beranjak dari posisinya berdiri menuju ke arah pintu. Dia akan mencari keberadaan Anna yang tadi nekat menggodanya di depan sang istri. Devan tidak mendapati Anna di lantai atas. Oleh sebab itu dia segera menuju ke bawah karena tadi Devan mendengar kalau Anna harus segera menyimpan perahan asi yang dibawa oleh Kinanti dari kantor. “Eh Pak, nanti ketahuan ibu lho,” ucap Anna yang kaget saat mendapati ada tangan yang melingkar di pinggangnya dari belakang. “Siapa tadi yang duluan godain aku. Udah tahu ada Kinanti, malah godain aku,” ucap Devan yang langsung menyerang leher Anna dengan ciumannya. “Ya habisnya Bapak keren banget sih, bikin saya pengen dipegang-pegang lagi,” jawab Anna tanpa ragu dan yang kini sedang menikmati pelukan dari Devan. “Nakal kamu ya, sini bakal aku hukum kamu.” “Saya mau dihukum apa emangnya, Pak,” ucap Anna yang tidak sabar mendapatkan hukuman kenikmatan dari Devan. “Bentar dulu, saya masukkan microwave dulu masakan Mbok Darmi biar saya bisa makan habis ini.” Ana langsung mendahului langkah Devan yang akan memanaskan makanan untuk makan malam mereka hari ini. Mbok Darmi memang selalu menyiapkan makan dulu belum pulang dan majikannya itu tinggal memanaskan saja di microwave. Devan tersenyum sendiri ketika suster anaknya itu kini justru membantunya dengan keinginannya sendiri, padahal ini bukan tugasnya di rumah ini. Tapi Devan yakin kalau Anna membantu karena dia ingin meringankan tugas Devan. “Sini kamu, saya masih penasaran sama yang di dalam tadi,” ucap Devan sambil segera menarik tangan Anna dan mengajaknya ke teras belakang. “Ih Bapak ganjen deh. Masa penasaran sama isinya kok di teras belakang, kalau nanti ada yang ngintip gimana?” ucap Anna sedikit manja pada Devan. “Siapa yang mau ngintip, di rumah ini cuma kita bertiga dan tembok belakang rumah juga tinggi. Iseng banget orang yang mengintip, duduk sini kamu,” Devan memberikan perintah pada Anna untuk duduk Gazebo mini yang ada di halaman belakang. Devan dan Anna kini sudah duduk berhadapan. Mereka saling memandang dan melempar senyum untuk saling menggoda. Tatapan Devan turun ke arah buah d**a Anna yang ukurannya tampak menjadi biasa saja ketika wanita itu memakai kaos oblong. “Kok cuma diliatin, katanya mau melihat dalamnya tadi. Kalau mau ngeliat buruan, nanti keburu Bu Kinan turun lho,” ucap Anna memecah kesunyian. “Ya pengen banget lihat, kayaknya bentuknya bagus banget,” jawab Devan yang segera mengulurkan kedua tangannya untuk memegang buah d**a Anna dari luar kaosnya. Devan kembali meremas buah d**a anak yang tadi sempat dia nikmati itu. Devan ingin sedikit baby sitter anaknya kembali terbuai agar Anna terlihat semakin seksi dengan desahan yang dikeluarkan Anna ketika Devan hendak membuka kaos yang dipakai oleh Anna saat ini. Desahan pelan sudah mulai terdengar keluar dari bibir Anna ketika tangan Devan tangan bekerja dengan sangat baik memperlakukan dua bukit kembarnya itu. Rasanya Anna sudah tidak sabar untuk merasakan tangan Devan menyentuh buah dadanya secara langsung tanpa pelindung. Devan mulai memasukkan satu tangannya ke dalam kaos yang dipakai oleh Anna untuk memegang buah d**a Anna secara langsung. Tangan Devan yang satu lagi masih menyentuh buah d**a Anna yang masih di tutupi dua lapisan pelindung. Devan meremas lagi buah d**a Anna dengan main cepat sambil memainkan puncak putingnya. ‘Aduh buka gak ya? Takut gak bisa nahan aku.asa aku harus khianatin Kinanti sih. Aku buka gak ya?’ Devan bimbang dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN