Devan menjadi sedikit ragu saat ini dengan keputusan yang harus diambil tentang keinginannya membuka baju Anna untuk melihat isi dari balik baju itu seperti yang dia inginkan sejak tadi. Kebimbangan itu muncul karena tiba-tiba bayangan Kinanti muncul dalam pikirannya.
Kedua tangan Devan masih meremas buah d**a padat dan sintal milik Anna dari balik bajunya. Permukaan gundukan itu sudah mulai bersinggungan dengan tangan Devan tanpa pelapis, meskipun Anna masih menggunakan bra untuk menopang buah dadanya. Devan sudah mendengar banyak sekali leguhan dikeluarkan oleh Anna ketika dia meremas dengan penuh nikmat pada dua gundukan anak tersebut.
“Lagi Sayang, ayo buka. Kamu pasti suka,” rancau Anna sambil menikmati sentuhan tangan Devan yang mulai memabukkannya itu.
“Aku buka ya, sayang,” ucap Devan mencoba untuk meneguhkan hatinya ingin melihat apa yang disembunyikan oleh Anna di balik bajunya.
“Iya, sayang. Buka aja aku mau kamu pegang langsung,” ucap Anna yang terdengar sangat penuh dengan permohonan.
Devan sudah tidak sabar untuk melihat bentuk dan juga ukuran asli buah d**a milik Anna. Devan segera memutuskan untuk menyingkap kaos yang dipakai Anna sore ini sampai atas. Dia tidak peduli lagi dengan kehadiran Kinanti yang saat ini sedang berada di atas bersama dengan putra mereka.
Devan mengeluarkan satu tangannya dari dalam baju Anna agar dia bisa menarik ke atas ujung kaos Anna. Pemandangan kulit perut yang datar serta kulitnya yang kuning langsat itu semakin membuat Devan terbakar hasrat.
Perlahan namun pasti kaos yang dipakai oleh Anna itu mulai tersingkap ke atas bahkan Devan dengan berani membuka kaos Anna sampai tergantung di lehernya. Kini buah d**a Anna yang masih ditopang oleh bra berenda berwarna peach itu sudah terpampang di depan matanya.
“Wow, bagus banget, sayang. Benar-benar milik gadis. Ini udah dipegang siapa aja?” tanya Devan sambil membelai d**a atas Anna dengan tangannya lalu menciumi d**a mulus Anna.
“Kamu orang kedua karena yang pertama pacar saya. tapi itu juga sebelum dia berangkat ke Hongkong. Tapi yang pertama kali melihat kayak gini cuma kamu, sayang,” ucap Anna bangga menceritakan kepada Devan kalau majikannya itu adalah orang pertama yang akan membebaskan barang kebanggaannya itu dari penopangnya.
“Berarti aku orang pertama dong. Kamu gak nyesel kan, sayang?” ucap Devan ingin memastikan sebelum dia khilaf kalau sudah membuka penumpang buah d**a Anna tersebut.
“Gak ada nyesel sih, kecuali satu, kalo bapak kelamaan bukanya. Nanti keburu Bu Kinan selesai.”
“Oh iya, bener juga kamu. Ya udah, aku buka ya.”
Devan melihat sebuah anggukan kecil dari Anna yang dianggapnya sebagai tanda persetujuan gadis muda itu untuk dia membuka penopang buah d**a kenyalnya itu. Devan pun kembali meremas buah d**a Anna dengan satu tangan sedangkan satu tangan lainnya dia gunakan untuk mengangkat bagian bawah penopang itu untuk membebaskan satu buah d**a Anna.
Devan menelan salivanya ketika buah d**a Anna sudah terbuka dan menggantung sempurna di d**a Anna. p****g berwarna coklat muda terang dengan bagian puncak berwarna pink segar itu sudah mencuat tanda Anna sudah terbakar hasrat. Tidak cukup satu, Devan kini menaikkan seluruh bra Anna agar buah d**a itu semuanya tanpa penopang lagi.
“Ah ... ini bagus banget, Sayang. Aku suka banget, ini jadi milikku ya,” ucap Devan yang langsung saja meremas dengan sangat gemas pada buah d**a Anna yang sangat menggairahkan itu.
“Wah enak, sayang. Enak sayang, ah ah, lagi,” ucap Anna mendesah secara tertahan agar istri majikannya itu tidak mendengar.
“Punyamu jauh lebih bagus dari punya Kinanti dulu. Aku suka banget bentuknya sayang, aku makin gemes,” ucap Devan yang terus saja memberikan remasan dan pijatan sambil memelintir puncak buah d**a Anna yang sudah menegang itu.
Mendapat rangsangan hebat di kedua p****g payudaranya, Anna langsung menggila. Saat ini tubuhnya bagaikan disambar listrik dengan tegangan yang sangat besar ketika Devan dengan terampilnya memilin p****g buah dadanya itu dengan penuh minat. d**a Anna yang membusung itu membuat posisi tubuhnya tidak nyaman. Anna sampai hatus meletakkan kedua tangannya di saung untuk menopang tubuhnya sendiri agar tidak jatuh.
Devan segera menarik tubuh Anna agar bisa masuk ke dalam pelukannya dan bersandar pada kaki kirinya yang ditekuk. Devan tidak puas hanya memegang buah d**a yang membuatnya bernafsu ini. Devan ingin menikmatinya dengan sepuasnya dari jarak dekat.
“Awww ... enak banget, Sayang. Lagi sayang, ah geli,” rancau Anna ketika lidah nakal Devan kini menggelitik p****g payudaranya.
Devan tidak peduli lagi dengan rancauan dan desahan Anna yang semakin menggila di telinganya. Devan ingin menikmati kenyalnya buah d**a Anna dengan tangan dan mulutnya.
Devan menyusu dengan sangat liarnya di d**a kanan Anna dengan hisapan kencang serta jilatan lidah nakal Devan dengan nafasnya yang memburu. Dia sudah sama dengan Rafa yang sangat suka sekali menghisap s**u Anna dengan puas. Tangan kanan Devan tetap meremas dan memilin p****g buah d**a Anna yang satunya lagi agar Anna makin terbang melayang.
Dua orang itu sama-sama terbakar saat ini. Devan bahkan sudah berganti-gantian membasahi puncak buah d**a Anna dengan salivanya. Dia benar-benar memakan d**a Anna dengan rakusnya seperti seorang bayi yang sangat kelaparan.
Tubuh Ana sudah terlentang di atas saung karena dia sudah tidak mampu menopang tubuhnya sendiri dengan kenikmatan yang diberikan oleh Devan ini. Dia sudah memejamkan matanya dan membelai rambut Devan untuk membuat majikannya itu tidak pergi dari atas buah dadanya. Anna ingin menikmati sensasi ini lebih lama dan tanpa batas waktu.
Anna sampai sudah bergerak-gerak liar dan menginginkan lebih dari hanya sebuah hisapan dan jilatan di atas putingnya. Anna, bahkan sudah siap kalau harus menyerahkan perawannya saat ini.
“Ah ... ini buat aku gila, sayang. Bagus banget dan enak banget. Tapi kita harus berhenti sekarang sebelum Kinanti datang,” ucap Devan yang sudah menarik paksa dirinya dari hidangan nikmat yang disuguhkan oleh Anna.
“Bentar lagi dong, sayang. Aduh enak banget tau gak,” pinta Anna yang merasa kehilangan dengan kenikmatan yang diberikan oleh Devan tadi.
“Jangan sekarang sayang, nanti malam aja aku datang ke kamar Rafa. Tapi kamu janji jangan bersuara kenceng ya. Nanti Kinanti bisa denger,” Devan berjanji pada Anna.
“Janji ya, nanti malam datang ke kamarnya Rafa. Aku bakal tunggu kamu lho, sayang,” ucap Anna dengan nada memelas.
“Ya ... aku juga belum puas kok. Udah pokoknya kamu ntar malam pakai baju seksi ya. Aku pengen lihat kamu pakai baju seksi tiap kamu lagi sama aku, berduaan,” ucap Devan sedikit berbisik di telinga Anna sambil menutup buah d**a Anna kembali dengan bra agar dia tidak tergoda untuk mencicipinya lagi.
“Iya ... aku nanti bakal pakai baju seksi sambil nungguin kamu datang. Udah kamu masuk sana saya mau di sini dulu ngatur nafas,” ucapan Anna sambil duduk dan merapikan baju serta penampilannya.
“Ya udah, saya mau mandi dulu ya. Kamu jaga rahasia kita. Ini milikku ya sayang kamu milikku. Awas ya kalau sampai kamu kasih ke orang lain,” ucap Devan sambil meremas p******a Anna dan membelai area inti Anna yang masih di tutupi celana.
“Iya ... ini semua punya kmu. Gak akan aku kasih ke yang lain soalnya kamu terlalu sempurna. Udah buruan sana, biar aku yang siapin makan nanti,” ucap Anna sambil tersenyum lalu membubuhkan kecupan di pipi Devan sebelum pemuda itu pergi meninggalkan dirinya.
Devvan memberikan kecupan di kening Anna sambil meremas buah d**a kiri Anna lagi. Rasanya Devan berat bahkan tidak ingin berpisah dari Anna saat ini karena dia masih belum puas menikmati sajian indah d**a Anna tadi.
Devan berjalan masuk ke dalam rumahnya dan melihat ke arah sekitar. belum tampak sosok Kinanti berada di lantai 1 rumahnya ini, berarti Kinanti masih ada di kamar Rafa.
“Yah ternyata Kinanti sampai ketiduran di sini. Tahu gitu tadi aku terusin sama Anna. Jadi nyesel sekarang nyuruh dia pulang cepat,” gumam Devan ketika melihat istrinya tertidur bersama dengan putra mereka di atas kasur.
“Okelah gak papa, yang penting sekarang aku gak akan kesepian kalau Kinanti nolak aku, bahkan pergi ke luar kota lama. Maafin aku Sayang, tapi aku juga butuh belaian dan kasih sayang ,”ucap Devan pelan yang kemudian segera meninggalkan kamar putranya untuk keterangan di kamarnya sendiri.