“Ada restoran bagus di dekat sini.” Lina membungkuk untuk memasang sepatu datarnya. “Masakannya enak nggak?” sahut Maria sambil berkaca di jendela, merapikan rambutnya. “Enak, aku udah pernah coba.” “Diiket aja, Mbak. Kena angin nanti malah ke mana-mana.” Siska memberi saran pada Maeia. Pasalnya, angin di sini lumayan kencang. Kalau tidak diikat, nanti ribet. “Hmm, betul tuh. Iket aja. Jadi inget Camila. Suka ribet sendiri sama rambutnya. Nggak peduli di manapun dan acara apapun. Jadi ilang deh, anggunnya.” Sely mengambil karet rambut ekstra di tasnya dan menyerahkannya kepada Maria. “Camila siapa?” tanya Maria. Kini, tangannya mulai menyatukan rambut, merapikannya. “Istrinya Charles.” “Charles?” Maria mengernyit. Otaknya sungguh kosong, tidak bisa mengingat dua nama itu. “Ya ampun