“Jangan pake rumus yang itu Lang, tapi yang satunya lagi,” gerutu Qiana sebal. Entah untuk ke berapa kalinya gadis itu marah-matah. Sekarang mereka sedang berada di rumah Qiana. Mereka sedang belajar matematika seperti biasanya. Erlangga menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Lah, perasaan dari tadi salah mulu?” racau Erlangga. “Ya emang salah. Masa nggak ngerti juga? Sini,” Qiana menarik buku yang ada di depan Erlangga. Lalu ia memeriksanya. “Lihat sini!” suruh Qiana. Erlangga menggeser duduknya dan mendekati gadis itu. “Ini pake rumus yang ini, dan yang ini pake rumus yang ini,” jelas Qiana. Erlangga menggut-manggut. “Ngerti enggak?” “Iya, Sayang. Ngerti,” bisik Erlangga di telinga gadis itu. “Ih, ngapain deket-deket?” Qiana mendorong pipi Erlangga. “Kamu mah aneh