“Siksaan yang terhebat adalah ketika kau tak lagi di sampingku, ketika kau menangis karenaku, dan ketika kau berkata bahwa kau mulai membenciku.” *** Tok! Tok! Qiana perlahan membuka kedua matanya. Di luar sangat berisik, ia bahkan mendengar tembakan. Apakah pada jam segini pengawalnya Om Prayoga masih berlatih? Tok! Tok! Duh! Qiana kesal sekali pada orang yang mengetuk pintunya itu. lalu perlahan ia turun dari ranjangnya, dan berjalan ke arah pintu. “Siapa?” Tanya Qiana dengan suara khas ngantuknya. “Gue!”ujar seseorang dari luar. “Ngapain malem – malem?” Tanya nya curiga. “Cepet buka!” perintah Glen tegas. “Enggak mau! Entar lo macem – macem lagi,” “Cepet buka qiana! Atau gue dobrak pintunya!’ “Ikhh, ko maksa sih?” protes Qiana lagi. Menghadirkan dengusan ke