Dilema

1591 Kata

“Sampai kapan? SAMPAI KAPAN? AKU TANYA!” teriak Erlangga di akhir kalimatnya. Membuat Qiana berjengit kaget dan menjatuhkan sendok di tangannya hingga berdentang di lantai. Tangan gadis itu gemetar dan ia terdiam dengan kedua matanya yang mulai memerah. Lalu tanpa menjawab, Qiana bangun dari kursi yang didudukinya, lantas berjalan cepat menuju ruang tamu. Kedua matanya mulai basah. Sakit rasanya dibentak seperti itu.  Sambil mengusap air matanya, Qiana bergegas mengemasi barangnya dan berjalan cepat ke arah pintu. Erlangga mengejarnya, ia lebih dulu sampai di depan pintu. “Yang,” lirih Erlangga.  Qiana menunduk, dengan air matanya yang perlahan mengalir. “Aku mau pulang.”  “Kita belum selesai bicara, Yang.” Erlangga menahan lengannya. “Aku lelah. Aku nggak mau bahas ini. Aku cu

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN