Aku bahagia

1272 Kata

Qiana terduduk lesu dengan tubuh yang gemetar. Peristiwa itu begitu cepat terjadi. Membayangkan darah yang begitu banyak di kepala Aldo tadi, membuat lututnya terasa lemas. Dan kini ia terdiam dengan tatapan kosong, menunggu Aldo yang baru saja dibawa masuk ke dalam Ruang UGD. Terdengar langkah cepat seseorang ke arahnya. Qiana menatap orang tersebut dengan tatapan nanar. Tadi gadis itu meneleponnya sambil menangis di perjalanan menuju rumah sakit hingga membuat Erlangga cemas setengah mati. Ia bahkan menerobos lampu merah demi bisa membunuh waktu, agar ia segera bisa menemui gadisnya itu. “Lang!” Tanpa menjawab, Erlangga segera memeluk gadis itu hangat. “Maafin aku, Yang. Maaf,” lirih Erlangga.  “Jangan marah sama aku, Lang.” Qiana gemetar. Perlahan air matanya mengalir, ia sangat tak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN